Rabu, 18 September 2013

of couse YOU



Seorang gadis berdiri dihadapkan oleh sebuah jendela yang lumayan berdebu dan hampir tak bisa tembus pandang oleh Bunga. Dan walaupun bisa dilihat, pandangan bunga tak akan pernah sampai pada jalan raya yang bisa dilihat jika tembus pandang. Pandangan kosong bunga mengingatkan bunga di suatu masa ketika Ayahnya pergi untuk selamanya. Dan terkadang sering hadir pertanyaan-pertanyaan yang ia pun tidak bisa untuk menjawab semua pertanyaan yang hadir dalam benaknya itu.
 Kini dia tinggal hanya dengan ibunya yang selalu setia memberikan nasihat dan motovasi sejak bunga berumur 7 tahun. Wanita setengah baya itu menjadi sosok ibu sekaligus menjadikan peran seorang ayah dalam mencari nafkah untuk membiayai bunga sekolah dan membiayai segalanya yang di butuhkan oleh mereka. Sampai pada akhirnya, ibunya bisa membuat sebuah kios sumber penghasilan keluarga tersebut.
Namanya Bunga. Gadis cantik dengan rambut lurus sepunggung dengan poni menyamping kekanan. Gadis belia berumur 16 tahun ini adalah gadis yang cukup pendiam. Pikirnya, daripada menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk mengeluarkan suara lebih baik digunakan untuk menggambar sesuatu yang ada dalam benaknya. Ya. Bunga sangat menyukai kegiatan tersebut. Sampai ia pernah menjuarai lomba Karya Seni pada saat ia berusia 12 tahun.


Pagi ini, hari pertama Bunga di sekolah barunya. Dia berharap suasananya akan berbeda dengan sekolah lamanya yang menurut Bunga tak bisa membuatnya nyaman dengan sekolah itu. Ia sibuk mencari kelas “XI IPA 2” dan pencariannya berhenti pada saat di beri tahu oleh seorang penjaga sekolah. Ia berharap tak di beri hukuman untuk hari ini. Karna ia terlambat bangun hari ini. Suara pantulan sepatu Bunga ke lantai menjadi sangat terdengar pada saat itu. Kebisingan dimulai ketika ia membuka pintu kelasnya. Dan semua berjalan seolah tak ada masalah.
Jam istirahat tiba. Bersyukur bagi Bunga karna dari pagi tadi perutnya tak diisi makanan apapun. Rasa lapar yang sangat mengganggu membuat Bunga ingin segera membeli makanan. Segera bergegas ke kantin bersama teman sebangkunya Nia. Seperti biasa,Bunga lebih memilih Nia yang memulai pembicaraan.


“ Hai. Gue Riko. Ketua Osis disini. Lo anak baru ya? Gue belum pernah liat lo sebelumnya.” Sapa Riko saat Bunga hendak memasukkan makanannya kedalam mulut dan merasa ada gangguan sedikit karna Riko menyapanya. “ Gue Bunga. Iya. Gue anak baru disini. Baru hari ini.” Sahut Bunga yang sangat menginginkan Riko cepat pergi dari sini. “ Oh. Ok deh. Selamat datang di SMKN Cendikia.” Kata Riko yang juga sambil meminum minuman yang ia pegang. “ Ok. Thanks” balas Bunga yang bersyukur akhirnya ia bisa melanjutkan makannya bersama Nia.


Sudah satu bulan Bunga belajar di sekolah barunya. Dan sampai saat ini Bunga belum menemukan sesuatu yang membuatnyaa senang sekolah di sekolah barunya ini. Besok sekolah akan mengadakan event sparing Bola Basket dan Futsal. Dengan perasaan terpaksa Bunga harus menonton. Walaupun Bunga tak pernah kenal siapa yang ia lihat bermain. Karna sampai sekarang hanya Nia yang menurutnya ia jadikan sebagai sahabatnya.
Sampai waktunya tiba Bunga berfikir dan membayangkan bagaimana hari ini disekolah. Pasti sepanjang waktu di sekolah akan membuatnya sangat bosan karna melihat orang yang sedang bertanding, tapi ia tak kenal siapa yang ia lihat bertanding. Sampai akhirnya ia melihat seorang laki-laki yang menurut Bunga menarik dan ia langsung mengeluarkan kertas kosong dan pensil. Ia mulai membuat goretan goretan kecil yang ia tuangkan dalam kertas kosongnya. Dan sekarang kertas itu tak lagi kosong. Terdapat sebuat gambar anak laki-laki yang tampan sedang memasukkan bola kedalam ring basket. Dengan tinggi yang ideal dan warna kulit yang cukup putih untuk seorang anak laki-laki dan memiliki mata indah lonjong lancip ke depan seperti buah zaitun yang menawan.
Astaga! Kenapa gue jadi mikirin dia? Haduh.. jangan deh jangan pikir Bunga yang kemudian sadar dan membangungkan dia dari lamunan yang sangat panjang dan membuatnya tak sadar karna suasana lapangan sudah mulai sepi. Hanya ada Bunga dan Nia di lapangan tersebut.
“Ko sepi? Acaranya udahan?” Tanya Bunga yang memulai pembicaraan.
“ya udahan lah. Mau sampe besok tandingnya? Biar lo ngelamunnya tambah panjang?” sahut Nia yang agak mulai kesal kepada Bunga.
“Maaf deh. Namanya juga ngelamun.” Kata Bunga yang sedikit membela dirinya.
“panas nih! Pulang yuk. Daripada gue ngebiarin lo terus ngelamun disini.” Ajak Nia yang kemudian Bunga mengikuti di belakang.
Sesampai dirumah Bunga datang membawa 2 kotak jus mangga yang ada di tangannya yang baru saja ia keluarkan dari kulkas.
“ Gambar lo bagus juga. Tapi, kayaknya gue kenal deh. Inikan Rudi kapten tim basket di sekolah kita. Lo naksir yaaah?” Tanya Nia dengan nada sedikit bercandan.
“ Gue gak suka. Cuma dia berhasil ngusik gue supaya dia gue gambar.” Sahut Bunga dengan nada datar dan di sambut senyuman dari Nia.
Pandangan Nia mengelilingi isi kamar Bunga dan berhasil malabuhkan pandangannya pada suatu gambar. Dan membuat Nia penasaran. Kenapa Bunga menaruh gambar seorang anak laki-laki di dinding. Mungkin pacarnya waktu dulu pikir Nia. Dan perasaan penasaran terus mendorong Nia untuk bertanya. “ini siapa?” Tanya Nia yang sambil terus memberikan perhatiannya pada gambar itu. Dan membuat bunga ikut menghampiri gambar tersebut.
“Dia itu pernah buat gue bahagia di suatu masa” jawab Bunga yang tak ingin terlalu banyak memberikan info tentang laki-laki yang ada di gambar. Dan dibalas anggukkan Nia yang memberikan tanda bahwa Nia mengerti apa yang dikatakan Bunga.
Sampai saat Nia memutuskan untuk pulang, bunga masih teringat tentang laki-laki yang ia gambar pada saat ia bersekolah di sekolah lamanya. Dia pernah berjanji untuk tidak pergi meninggalkan Bunga pada saat itu. Dan Bunga merasa bahagia saat bersama laki-laki itu. Bunga merasa nyaman. Hanya laki-laki itu yang bisa membuatnya nyaman berada disisinya. Hubungan Bunga dengan laki-laki itu sudah diketahui oleh Bundanya. Dan bundanya hanya bisa menyerahkan keputusan pada Bunga. Yang penting bagi Bundanya adalah kebahagiaan anak semata wayangnya itu.


            Mata Bunga sibuk mencari sesosok laki-laki yang menjanjikan dirinya untuk datang di sebuat resto. Dan akhirnya kesibukan itu berubah menjadi kebahagiaan karna akhirnya Bunga berhasil menemukan Dodi. Laki-laki yang sudah 2 tahun menjadi seseorang yang selalu menjaga Bunga dan selalu mencurahkan seluruh perhatiannya kepada Bunga.
            “Sudah lama nunggu yah? Maaf yah tadi lama cari taksinya. Gak marah kan?” kata Bunga yang agak takut Dodi marah karna ia sudah terlambat 30 menit dari waktu yang ia janjikan kepada Bunga. Dan dibalas anggukkan dan senyumnya Dodi yang bisa mencairkan rasa takut Bunga.
“kamu cantik pakai gaun itu. Aku jadi tambah sayang. Baru sadar ternyata aku punya pacar cantik kaya kamu.” Puji Dodi kepada bintang yang merasa senang karena gaun pemberiannya benar-benar cocok di tubuh pacarnya itu.
“ ah kamu bisa aja. Nanti kalo aku terbang,kamu gak punya pacar cantki kaya aku loh! Jangan buat aku terbang” sahut Bunga dengan nada bercanda.
Bunga memesan Nasi Goreng dan jus Mangga dan di lengkapi dengan satu cup ice cream strawberry. Makan malam berjalan sangat romantic yang membuat Bunga seolah tak menginginkan ia Meninggalkan Dodi dan tak ingin pula di tinggal oleh Dodi. Dan selesai makan, Dodi memulai pembicaraan dengan sedikit berbasa basi menanyakan makanan yang ia makan enak atau tidak. Dan di sambut senyuman dan acungan jempol Bunga yang menandakan makanan yang ia makan itu memanglah enak.
“Bunga.. aku sayang kamu. Aku gak mau ninggalin kamu. Tapi semua ini gak seperti yang aku fikirin. Papah ku ada tugas pekerjaan di Padang. Dan keluargaku sudah sepakat untuk pindah kesana karna papah merasa ia akan lama bertugas disana. Dan awalnya aku menolak karna perasaan ku yang takut kau akan melupakan masa-masa kita kemarin. Aku gak mau semua ini terjadi bunga.” Kata Dodi yang dengan nada sedih yang menandakan bahwa ia benar-benar tak ingin pisah dengan kekasihnya yang ia sayang itu dan disambut raut wajah sedih oleh Bunga. Dan pada akhirnya Bunga memutuskan untuk memberikan suatu perkataan
“Aku juga sayang kamu. Sebenarnya aku juga gak pengen kamu pergi. Tapi kalo emang itu yang terbaik buat kamu terutama keluarga kamu, yasudah. Aku hanya bisa mendukung apapun yang terbaik buat kamu Dod. Tenang aja. Aku gak mungkin lupa sama yang kemaren-kemaren. Masa iya aku bisa lupa. “ bunga berkata sambil berusaha menyembunyikan kesedihannya karna ia tak mau berpisah. Tapi ia punya keyakinan kalo Tuhan punya rencana indah untuk hidupnya.
            Tiba tiba kepala Bunga merasakan pening dan disusul dengan rasa sakit yang hampir tak bisa di tahan oleh Bunga. Dan disana pula Dodi merasa khawatir dan menanyakan apa yang terjadi pada kekasihnya itu. Dan dengan perasan tak mau membuat Dodi khawatir Bunga pun hanya menyahut dengan senyum yang menurut dia paling indah.

           
            Siang ini Bunga ingin menghabiskan waktunya di Mal bersama Nia sahabatnya. Dan Tuhan menakdirkan ia beradu tatap dengan Rudi. Ya, laki-laki yang berhasil menyita pikirannya sejak ia menggambar laki-laki itu. Dengan perasaan senang dan terkejut Bunga berusaha memberitahu ini pada Nia. Namun hanya tanggapan dingin dari Nia. Karna menurut Nia bukan hal penting.

            From: Rudi
Nanti malem ada acara gak?
 Aku mau ngajak kamu buat nonton aku tanding basket di senayan.
 Berharap banget kamu datang.
 Nanti aku jemput di rumah kamu

To: Rudi
Iya. Aku siap-siap dulu yah!

Harus keliatan cantik nih . pikir Bunga yang disambut rasa heran kenapa seantusias ini hanya karna akan bertemu Rudi. Padahal Dodi sudah lebih lama mengisi relung hatinya. Tetapi sudah satu tahun ini ia tak pernah memberi kabar. Kalopun memberi kabar hanya lewat e-mail. Dan Bunga merasa sudah malas membuka account e-mailnya. Karna semua temannya sudah hijrah ke Facebook. Sudah dua bulan terakhir ini Rudi menjadi sering menghubunginya sejak ia beradu tatap di Mal. Dan hanya Rudi yang berhasil membuat Bunga selalu menghabiskan waktu hanya untuk membalas sms dari Rudi.


            Jam istirahat ia habiskan makan bersama Rudi di kantin. Dan membuat Nia bertanya dan agak sedikit penasaran. Bagimana bisa ia berhubungan baik dengan Rudi. Dan mengapa dengan mudahnya Bunga makan bersama Rudi. Nia memutuskan untuk makan bersama teman yang lain dan sebenarnya sudah lebih dahulu di ajak Bunga untuk makan bersama Bunga dan Rudi. Namun Nia menolak dengan alasan tak ingin mengganggu suasana indah Bunga bersama Rudi.
“Kok lo bisa deket sama Rudi sih? Lo gak tau yah banyak cewek yang jadi korban Rudi. Dia itu Cuma mau ngasih harepan kosong sama lo. Sama kaya apa yang dia lakuin sama cewek-cewek di sekolah ini.” Nia memulai dengan memberikan pernyataan yang menurut Bunga salah besar.
“Nia cantik … Rudi itu baik. Dia juga ngertiin gue banget. Gak mungkin lah dia begitu. Lagipula gue juga gak berharap sama dia. Jadi lo santai aja. Gue gak sama kaya cewek-cewek kaya gitu ko.” Jawab Bunga yng membuat Nia sedikit lega karena tak mau sahabatnya itu jadi korban jahatnya Rudi.


            Kali ini Rudi benar-benar menyita pikirannya. Siang ini Bunga hanya menghabiskan waktu di tempat tidur memikirkan Dodi yang membuatnya bertanya Tanya. Dan Bunga pun tak sanggup untuk menjawab pertanyaan yang hadir di kepala Bunga. Karena Bunga tahu hanya Dodi yang mampu menjawab semua pertanyaan itu.
            Sinar matahari berhasil masuk menembus kamar tidur yang bernuansa pink yang hampir seperti kamar Barbie yang di dekor sedemikian rupa oleh pemilik kamar tersebut agar mampu membuat siapapun yang berada didalamnya merasa nyaman dan selalu ingin berlama-lama berada didalamnya.
            Bunga menutup pintu kamar mandi dan memutuskan untuk bermalas-malasan sambil mengambil satu kotak jus Sirsak dan satu bungkus keripik kentang pedas yang ada di kulkas. Dan menatap jam yang menunjukkan pukul 16.00 WIB. Lalu ia mengecek ponsel yang menunjukkan sebuah pesan baru dan satu missed call dari Rudi.
           
           
From: Rudi
                Aku di depan rumah kamu nih. Aku tunggu yah

Disambut perasaan terkejut dan langsung mengecek waktu Rudi mengirim sms. Dan langsung lega karna hanya sepuluh menit yang lalu. Bunga langsung bergegas kelur kamarnya untuk menemui Rudi. Dan menemui Rudi sedang duduk di ruang tamu bersama Bunda dengan secangkir teh dan satu topes kue kering yang ada di meja.
“ Maaf yah lama. Tadi lagi gak pegang Hp. Bunda kenapa gak bilangin Bunga sih. Kan jadi gak enak sama Rudi nunggu lama.” Kata Bintang dengan raut wajang sedikit malu.
“ Gak apa-apa kok. Aku yang ngelarang Bunda kamu buat bilangin kamu. Abisnya aku takut kamu lagi istirahat.” Sahut Rudi yang berhasil membuat Bunga sedikit lega.
Banyak pembicaraan yang terjadi antara Bunga dan Rudi. Dan terkadang di sambut tawa kecil dari Bunga yang membuat ia melupakan sejenak taentang kekasihnya yang sudah Satu tahun tak memberi kabar kepadanya dan Bunga tak lagi terlalu sering memikirkan hal tersebut. Karna Rudi sudah banyak menyita pikrannya akhir-akhir ini.
Namun Bunga selalu berusaha menjaga perasaannya terhadap Dodi. Dan tidak memutuskan untuk berharap banyak kepada Rudi. Walaupun menurutnya Rudi memang pantas untuk diharapkan. Tapi Bunga akan selalu mengingat petkataan yang pernah ia dengar dari Nia.


Bunga sudah siap dengan gaun ungu yang ia kenakan pemberian kekasihnya Dodi. Dan sebenarnay kesalahan besar jika ia menggunakannya untuk menemui laki-laki lain selain orang yang memberikan gaun tersebut yaitu Dodi.
Gaun ini kan punya gue. Dan sudah jadi hak gue. Lagipula buat apa kalo Cuma untuk dipajang. Pikirnya yang merasa keputusan untuk memakain gaun itun adalah baik dan tak mau peduli gaun itu digunakan untuk apa dan untuk bertemu siapa.
Dinner kali ini bener-bener romantic menurut Bunga. Namun sampai kapanpun bersama Dodi adalah hal paling indah.
“ Bunga, ada yang mau gue omongin sama lo.” Kata Rudi memulai
“ Apa?” jawab Bunga sedikit penasaran
“ akhir-akhir ini gue jadi sering kangen lo. Dan selalu mikirin lo.” Sahut Rudi yang terus memperhatikan Bunga .
“Terus?” Tanya Bunga yang pura-pura tak tahu maksud Rudi
“ Maksud gue… gue suka sama lo. Dan gue mau lo jadi pacar gue.” Kata Rudi yang berhasil memberhentikan asiknya makan ice cream dan membuat Bunga merasa ada sebuah tombak yang menusuk jantungnya.
“ gue gak bisa jawab sekarang.” Sahut Bunga yang disusul keinginan Bunga untuk cepat sampai rumah dan merenung tentang kekasihnya Dodi.


            Bunga memutuskan untuk membuka account e-mailnya untuk mengecek apakah Dodi berusaha untuk mengetahui kabar Bunga atau tidak. Dan berhasil membuat Bunga terkejut karena ia mendapat 12 e-mail baru. salah satunya adalah
           
           

From                    : nugraha.dodi@yahoo.com
                Subject              :
Pagi sayang. Aku denger kamu pindah sekolah yah? Gimana sekolah baru kamu?
Aku berharap kamu masih nyimpen aku di hati kamu.
 Karna aku pun demikian.
Kamu baik-baik yah di Jakarta. Jakarta itu panas gak kaya di bandung sejuk. Padang juga panas banget. Gak kaya bandung adem.
 Apalagi ada kamu.

Bunga melihat waktu kapan saat Dodi mengirim e-mailnya tersebut. Ternyata sudah tiga bulan yang lalu. Bunga merasa tak perlu membalas e-mail tersebu. Tapi akan merasa berdosa apabila tak dibalas karna bagaimana pun Dodi sudah berusaha menghubunginya dan berusaha memberi kabar bagaimana dia disana.

To                        : nugraha.dodi@yahoo.com
Subject              :
Maaf baru bisa bales sekarang.
Aku kira kamu sama kaya temen-temen aku. Sudah pada hijrah ke Facebook.
 Kamu gak perlu kirim e-mail lagi. Lewat Facebook aja.
 Nih nick nya Bunga Cintya Sasmojo. No handphone aku 087878304576


           
Bunga merasa lega karena ia tahu bahwa Dodi masih menganggapnya sebagai kekasih. Tetapi bunga berfikir itu kan 3 bulan yang lalu. Apa masih sama seperti sekarang? Bagimana kalo sudah berubah? Namun tiba tiba muncul Rudi dalam fikirannya saat itu dan berhasil menyita seluruh fikiran Bunga dan juga berhasil menyingkirkan Dodi yang telah lebih dulu berada di dalam fikirannya.

           
            From: Bunda
                Nanti sepulang sekolah kamu gantiin Bunda jaga kios yah.
 Bunda mau ada acara sebentar

Ternyata tak hanya ada satu pesan baru di ponsel Bunga. Rudi pun mengirim pesan kepada Bunga saat itu.
From: Rudi
Siang cantik. Kamu dimana? Aku kangen nih.
 Tadi aku lewat rumah kamu sekalian mampir. Kata bibi,kamu ada di kios.
 Aku boleh kesana gak?

Bunga merasa pesan itu tak perlu dibalas. Karna untuk saat ini ia memutuskan untuk tidak bertemu dengan laki-laki yang hampir berhasil menggantikan sosok Dodi. Dan ia tahu, akan sangat salah jika ia berhasil menggantikan posisi Dodi dengan Rudi. Ia tak mau hubungan yang sudah ia jalani sejak 3 tahun kemarin hancur hanya gara-gara kehadiran sosok laki-laki baru yang sebelumnya tak ia kenal. Berbeda dengan Dodi. Sebelum mereka memutuskan untuk pacaran, sebelumnya mereka menjalin persahabatan sejak kelas tujuh.
Bunga sangat sibuk mlayani pembeli yang daritadi terus memenuhi kios Bundanya. Untunglah Bundanya tak terlalu lama meninggalkan kios dan membiarkan Bunga kerepotan melayani pembeli.
Dua bungkus nasi goreng di bawa Bunga yang baru saja ia beli dari pasar. Bunga langsung menghabiskan nasi goreng dan tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Bunga.
“ Cape ya geulis? Makasih loh sudah di bantu.” Kata Bunda mengawali
“ Sama-sama Bunda. Lagipula sudah lama juga aku gak Bantu Bunda.” Sahut Bunga yang sudah lebih dulu menghabiskan nasi gorengnya. Karena perutnya belum ketemu makanan sejak tadi siang.
“ oh iya,sebentar lagi kamu ulang tahun yang ke-17. Mau di rayakan dimana?” kata Bunda menanyakan.
“ Dirumah saja. Kecil-kecilan juga gak apa-apa. Pengen sama temen-temen deket sama keluarga aja. Gak mau hambur-hambur. Lebih baik digunakan buat keperluan yang lain.” Sahut Bunga.
Bunga memang tak terlalu banyak keinginan. Yang paling diutamakan adalah yang penting Binga dan Bundanya bahagia dan semua berkecukupan. Bunga sangat mengerti Budanya.


Bunga menerima permintaan teman dari Dodi Nugraha Setiabudi. Dan membuka satu e-mail baru yang diterimanya.

From                    : nugraha.dodi@yahoo.com
Subject:             :
Iya gak apa-apa. Udah aku add ko Fb kamu.
Baik baik yah disana.
Aku sayang kamu
Cuma kamu yang aku sayang.
 Please believe me.
Only you in my mind. I always thinking of you.
 Miss you so much.
 Maaf kalo aku gak bisa sering sering ngehubungin kamu.


            “ Met ultah yan cantik. “ Nia datang dan langsung menyapa.
            “ Sama-sama. Maksih juga udah datang.” Jawab Bunga dan langsung disusul oleh senyuman yang meluncur dari bibir mungil Nia.
            Sudah pasti Rudi datang dan berusaha memberikan sedikit kebahagiaan kepada Bunga. Dengan sekotak hadiah yang di pegang Rudi dan kini telah berada di tangan Bunga. Dan langsung memberi salam kepada Bunda yang berdiri di samping Bunga.
            Acara telah dimulai. Sampai acara inti sedang berjalan. Doa dan harapan Bunga meluncur pada saat make a wish. Bunga dan Bundanya bahagia. Dan ia juga berharap Dodi bisa hadir untuk memberikan sedikit kebahagian di hari ulang tahunnya itu.
            First cake sudah pasti untuk Bundanya. Dan pada saat Bunga sudah memegang potongan kue yang kedua,Rudi berharap kue tersebut akan di berikan kepadanya. Namun harapan itu buyar ketika datang seorang laki-laki berdiri dihadapkan tamu yang hadir.
            “ Happy Birthday geulis.” Sapa laki-laki itu yang sangat mengejutkan Bunga. Dan di sambut Bahagia. Bunga sedikit tak percaya. Dodi hadir ditengah-tengah kebahagiaan ulang tahunnya. Bunga langsung berari untuk memeluk Dodi dan dibalas pelukan oleh Dodi untuk melepas rindu yang sudah satu tahun ia tahan. Dan saatnya tiba untuk meluapkan kerinduannya itu.
            Nia sadar bahwa laki-laki itu adalah laki-laki yang digambar dan di pajang di dinding kamar Bunga. Namun tidak bagi Rudi. Rasa heran yang terus menghantui. Dan bnyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Setahu Rudi Bunga belum mempunyai kekasih. Dan Rudi melihat keakraban antara Bunga dan laki-laki itu.
            Sampai acara berakhir, Dodi tak ingin melepaskan genggaman tangannya. Dan sampai rumahnya sepi, Bunga tak melihat Rudi pamit pulang pada Bintang ataupun pada Bundanya. Namun Bunga tak terlalu memikirkan hal tersebut.
            Sudah tiga hari ini Dodi berada di Jakarta. Dan tiga hari itu pula Dodi menghabiskan waktunya dengan Bunga. Dari mulai nonton Bioskop dan masih banyak lagi. Akhirnya Bunga mengantar Dodi Menuju bandara dan Dodi berjanji untuk menghubunginya jika sudah sampai di Padang.


            Nada pesan bordering dua kali menandakan ada dua pesan baru yang masuk dan siap di baca oleh pemilik ponsel tersebut. Namun entah kenapa Bunga memutuskan untuk istirahat di siang yang lumayan panas.
            Dan akhirnya Bunga terbangun oleh panggilan Bunda yang memberitahu bahwa Nia sudah hadir di rumahnya untuk mengerjakan tugan Bahasa Indonesia.
            Bunga melihat ponselnya dan ingin mengetahui siapa yang mengirim pesan ke ponselnya siang tadi.
           
From: Dodi
Aku sudah sampai. Jangan lupa istirahat dan makan yah

From: Rudi
Laki-laki yang kemaren itu siapa?
Kok kamu gak pernah cerita sama aku?

Bunga hanya memutuskan untuk membalas pesan dari Dodi saja. Ia berusaha untuk menjaga hatinya. Dan tidak ingin kejadian kemarin kembali terjadi dan membuat Bunga merasa menghianati Dodi.
“Bunga, Rudi gak mau berenti nanya soal Dodi. Padahal gak pernah gue kasih tau. Tapi dia tetep ngeyel” kata Nia
“sudahlah… diemin aja. Ntar juga capek sendiri.”
Dan Bunga minta izin pada Bunda untuk pergi mengantarkan Nia pulang ke rumahnya.


            From                    : nugraha.dodi@yahoo.com
                Subject              :
Bunga. Aku mau kita putus aja. Aku gak mau nyiksa kamu terus nungguin aku tanpa kejelasan. Aku memutuskan untuk kita pisah aja.
 Tapi percayalah. Aku tetep sayang kamu. Aku janji aku pasti pulang dan kembali ke Jakarta untu kamu dan demi kamu.
Aku yakin keputusan aku ini buat kamu sedih. Tapi aku tau kamu pasti lebih sedih kalo terus-terusan nunggu aku yang ga jelas entah sampai kapan di padang dan kembali menetap di Jakarta.
Aku yakin kamu bisa ngertiin keputusan aku

Seakan ada tombak tajam yang menusuk jantungnya dan memberhentikan detak jantungnya. Dan Bunga benar-benar bisa merasakan detak jantungnya berhenti saat ia membaca e-mail dari Dodi.



To: Rudi
Aku mau ketemu kamu.
Ada ahal penting yang perlu di bicarain
 Jemput aku di rumah sekarang

Sudah 30 menit Bunga menunggu Rudi yang tidak muncul batang hidungnya. Dan berhasil datang di menit ke 35. Dan langsung memutuskan untuk meluncur ke resto di Kedai di daerah Kemang.
“Dodi siapa? Kenapa kamu gak pernah cerita sama aku sebelumnya. “ kata Rudi mengawali
“ Dulu dia pacar aku. Sekarang mantan aku”. Jawab Bunga dengan nada datar.
Dan di sambut senyum indah yang meuncur dari bibir tipis Bunga. Dan mereka berdua memutuskan untuk berpacaran. Bunga berusaha sedemikian apapun untuk menyayangi Rudi. Dan terbukti. Dengan perhatian yang terus diberikan Rudi, Bunga mulai menginginkan rudi dan seolah tak ingin jauh.

            Sudah tiga bulan Bunga menjalani hubungan dengan Rudi. Awalnya memang penuh perhatian. Namun semakin lama hanya sekali mengirim pesan kepada Bunga. Dan mulai timbul perasaan kecewa di hati Bunga karena kenapa Rudi bersikap seperti itu kepadanya. Bunga merasa Rudi kini tak memerlukannya ada di samping Rudi.
            Dering MMS bunyi di ponsel Bunga. MMS dari Nia telah Bunga terima. Dan perasaan saat Dodi memutuskan hubungannya kini timbul saat ia melihat foto Rudi sedang mencium mesra pipi seorang wanita yang tak ia kenal. Rasa cemburu berkecamuk dan bercampur rasa amarah dan kebencian yang sangat besar terhadap laki-laki yang Bunga harapkan bisa lebih baik Daripada Dodi.
            Kini perkataan Nia yang dulu pernah di katakan kepada Bunga benar-benar terjadi. Perasaan bersalah terhadap Dodi karena berusaha melupakannya pun muncul. Bunga lebih memilih untuk berbaring di kamarnya seharian. Bunga memutuskan untuk tak melakukan kegiatan apapun termasuk menatap ponselnya yang semalam menerima gambar yang membuatnya ingin mati sejenak. Ternyata semua laki-laki sama. Tapi lo beda. Andai semua laki-laki kaya lo. Pikir bunga yang sibuk melamuni.
            Libur semester tiba. Hari pertama Bunga memutuskan untuk berdiam diri di rumah dan mengurung diri di kamar. Sudah tiga hari ia tidak mengaktifkan ponselnya. Dan Bunga sama sekali tak ingin sedikitpun menggubris ponselnya.


            Hujan menepati janjinya dengan datang di malam hari ini. Membasahi tanah kering yang berasap saat tersentuh air. Membawa hawa dingin. Menimbulkan dentingan di atap-atap rumah yang di datanginya. Terutama atap rumah Bunga.
            Di dalam kamar Bunga meringkuk merasakan dingin nya angin yang mampu menusuk sampai kedalam tulang Bunga. Angin yang tak terlalu dingin terasa sangat dingin karena suhu badan Bunga yang tinggi. Dan kepalanya menjadi sangat pening saat itu.
            Ponsel Bunga yang sejak tadi menampung banyak pesan masuk yang tak diketahui entah dari siapa. Dan dengan setengah sadar Bunga mengangkat telpon masuk dan Bunga tidak sadar dengan siapa ia berbicara.
            Rudi merasa sedikit lega karena pada akhirnya telpon yang sudah berkali-kali akhirnya di angkat oleh Bunga. Dan di jawab dengan jawaban yang terbata-bata yang menandakan bahwa cewek ini seadang tidak dalam keadaan baik-baik saja.
           

            “ Nia… Bunga kemana? Belum ngeliat gue”. Tanya Rudi kepada Nia.
            Dan di jawab seperlunya dan jawaban tidak tahu dari Nia. Sebenarnya Nia benar-benar tidak tahu Bunga kemana. Karena dari Bundanya juga tak memberi kabar ke sekolah pagi ini.


            “kenapa kamu tega sama aku? Gampang banget kamu cium cewek ini. Ini siapa?” Tanya Bunga yang disertai perasaan ingin menampar laki-laki yang mulai ia sayang sejak itu. “ Itu gak seperti yang kamu liat dan kamu sangka. Kamu harus mendengarkan penjelasan aku. Aku jelasin yah…………………… “ penjelasan Rudi yang tak disambut hangat oleh Bunga. Karena ia merasa penjelasan itu percuma dan takkan pernah menghilang rasa benci yang sudah terlanjur berkecamuk di rongga hatinya yang masih menyimpan sedikit kenangan tentang Dodi.
Di depan rumah Bunga menengadah ke langit yang berwarna abu-abu tua nyaris hitam. Di angkasa pun semuanya tampak seperti film animasi. Di atas sana, seorang laki-laki kartun duduk santai sambil memancing di atas bulan sabit yang juga di gambar animasi. Logo “Dreamlight” itu tampak jelas dihadapannya. Bunga bertanya-tanya bagaimana caranya naik keatas sana.
“ Bunga…” panggil Rudi yang menyadari perkataannya sedari tadi tak di dengar oleh Bunga. Pada saat panggilan ketiga, akhirnya Bunga tersadar dari lamunan yang membuatnya terheran entah sudah sampai mana ia melamun tadi sampai-sampai tak mendengarkan penjelasan kekasih yang sekarang ia benci.


Hamparan rumput luas yang sekarang berada dalam tatapan Bunga. Beberapa pasang kekasih yang terlihat sedang asyik tertawa riang yang pernah Bunga cap sebagai Pasangan yang tak tahu tempat untuk melabuhkan kasih cinta mereka. Dan kini Bunga berada dalam kategori pasangan kekasih yang tak tahu tempat pelabuhan cinta.
Tangan Rudi berusaha menempatkan tangannya di tangan Bunga. Dan berharap tidak mendapat respon yang tidak baik dari Bunga. Dan ternyata ketakutan itu tak menjadi kenyataan. Rudi senang karena pada akhirnya dia bisa menggenggam ruas-ruas jari Bunga yang halus karena hampir tak pernah melakukan pekerjaan di rumahnya.


Buku-buku ku baca tuk pelajari dirimu
Jelajahi hatimu
Begitu sulit tuk kupahami
Cukup luas tuk menyesatkanku
Di hatimu.
Hatimu adalah padang pasir tak berujung
Dengan banyak oasis walau sering diamuk badai
Hatimu adalah savanna tak bertepi
Dengan banyak kompetisi, tempat banyak dunia berlari
Hatimu, padang pasir kucari oasis
Hatimu, tempat ku berlari
Duniaku berlari
Bebas


            Rasa benci yang berhasil menghilang setelah sekian lama masalah yang hampir menggerogoti rasa sayang kepada Rudi yang hampir habis. Dan hampir tumbuh setelah puisi cinta banyak menghiasi account Facebooknya. Yang sangat memenuhi beranda.
            “ Seneng deh lo bisa maafin gue” kata Rudi
            “ ya.” Jawab Bunga dengan nada datar
            “ Lo sayang gue kan?”
            “ Iya. Gue sayang.”
“ Gue janji bakal setia sama lo. Dan gue jamin kejadian kemaren gak akan terulang lagi.”
“ Iya iya.”
            Entah kenapa yang di janjikan Rudi padanya tak mengembalika semua rasa sayang yang dulu Bunga rasakan. Dan Bunga berusaha sedemikian untuk menutupi kebohongannya bahwa Bunga mempercayai janji Rudi padanya. Dan kali ini pening yang sangat dan di susul dengan rasa nyeri yang begitu kuat datang lagi. Sekarang Bunga tak bisa menyembunyikan wajahnya yang semakin menghilangkan rona wajahnya dan menjadi putih memucat.
            “ Bunga.”…… panggil Rudi yang tanpa Bunga menyadarinya.
            “ Bunga lo kenapa?” Tanya Rudi dengan nada panic.
            Dan berubah menjadi nada khawatir dan sedikit memaksa Bunga untuk memberitahu keadaannya pada Rudi yang sedang cemas karena Bunga sedikit kehilangan keseimbangan tubuhnya.
            “ Gue gak apa-apa ko” kata Bunga memastikan. Di sambut ajakan pulang oleh Rudi karena tak ingin terjadi apa-apa pada Bunga.


            Hamparan warna putih langsung menyambut Bunga ketika ia siuman dari tidur yang tak disadari Bunga sudah 3 jam Bunga tak sadar. Bunga mendapati Bundanya berdiri dengan rona sedikit bahagia di wajahnya yang sudah sedikit keriput karena putrinya sudah sadar dan menghilangkan rasa khawatir yang sedari tadi hilir mudik di dalam kepalanya.
            Aroma obat yang sudah sangat akrab dengan hidungnya sejak sepuluh tahun saat menemani sang Bunda terserang Tifus. Sangat akrab tetapi sama sekali Bunga tak menyukai aroma ini dan membuat Bunga ingin segera cepat-cepat pergi dari tempat yang membuatnya Bad Mood.
            Dan akhirnya Bunga diizinkan untuk meninggalkan Rumah Sakit ini. Bundanya lebih dahulu untuk memesan taksi.
            “ Ngapain kamu disini? Kamu udah baik ke Jakarta?” sapa Bunga yang terheran karena melihat Dodi sedang berjalan dengan arah yang berlawanan dengan Bunga.
            “ Gak. Aku cuma jengung tanteku.” Sahut Dodi dan berusaha untuk meyakinkan Bunga yang memasang mimic wajah heran
            “ Aku duluan yah.” Lanjut Dodi dan langsung pergi seperti orang yang terburu-buru.
 Hhmm mungkin ia benar-benar jujur. Pikir Bnga yang langsung menyusul Bundanya karena tak mau lagi menghabiskan waktu hanya untuk memikirkan laki-laki itu.
           


            Televisi itu menyala di ruang gelap. Menghantarkan radiasi lebih kuat dari biasanya. Menayangkan gambar demi gambar dan iklan demi iklan kepada seorang penonton. Satu penonton yang pikirannya sedang berkelana dalam dunianyan sendiri. Setiap gambar dan suara yang keluar dari televisi tak terlintas di kepalanya.
            Uap air yang keluar dari dispenser menyirami kopi bubuk yang berada dalam cangkir. Dan langsung membaur dengan serbuk kopi tersebut. Secangkir kopi hangat kesukaan Bunga jika sedang penat dengan kegiatan yang dilakukan dalam rumah yang terkesan monoton.
            Goresan demi goresam pensil Bunga tuangkan dalam kertas kosong. Goresan tersebut menghubungkan ke goresan yang lain saling mengikat dan membentuk sebuah gambar seorang ibu yang sedang Menggendong buah hatinya.
           


            To: Rudi
                Lagi dimana?
Pengen ngobrol nih
Kucing di rumah gue kangen

            Hanya menunggu 30 menit sosok Rudi sudah hadir di depan teras rumahnya. Dan langsung disambut aroma teh hangat yang sudah Bunga buat lima menit lalu.
            “ Ada apa? Tumben nyuruh kerumah.”
            “ gak apa-apa. Pengen ngobrol aja.” Kata Bunga dan dengan senyum
            Dodi. Lagi-lagi datang menyita benak Bunga yang tengah berusaha menghapus bayangan wajah Dodi karena ia merasa ingin menghargai Rudi yang sudah datang karena Bunga memintanya.
            “ Besok Dodi di Jakarta. Gue mau ketemu dia.” Pinta Bunga dengan sedikit memohon.
            “ Yaudah. Tapi inget! Jangan jatuh cinta sama dia lagi yah?” dengan nada bercanda. Dan di susul senyum bahagia dari Bunga.


            To: Dodi
                Aku  dah di depan nih

            “ Dodinya ada bi?”
            “ Den Dodi sedang keluar bersama ibu.”
            “ Sudah lama? Kira-kira kemana yah?”
            “ Baru saja. Katanya mau ke Rumah Sakit Kencana”
            “ Makasih ya bi.”
            Tanpa berpikir panjang Bunga langsung bergegas menuju rumah Sakit yang dimaksud. Dan berusaha berpikir positif untuk tidak berprasangka buruk tentang Dodi. Ia yakin tak akan terjadi apapun pada Dodi.
            Sampai di depan pintu loby Rumah Sakit, Bunga sudah beradu pandang dengan Dodi.
            “ Loh Bunga! Ngapain disini?”
            “ Aku mau nyusul kamu. Aku Cuma mau mastiin kamu gak apa-apa.”
            “ Oh. Ternyata kamu masih khawatir sama aku. Mending kita pulang.”
            Banyak perbincangan yang terjadi antara Bunga dan Dodi. Mungkin hanya seedar melepas rasa rindu. Walaupun di antara mereka tak ada hubungan apa-apa dan hanyan teman untuk saat ini. Tapi Bunga tak pernah munafik kalo Bunga memanglah merindukan sosok Dodi yang dahulu perna membuatnya bahagia di suatu masa.
            Untuk saat ini Bunga tak mengetahu apakah hati Dodi sudah dimiliki perempuan lain atau tidak. Karena Dodi selalu mengalihkan pembicaraan setiap di singgung tentang siapa kekasihnya saat ini. Dan Bunga mengurungkan niatnya untuk mengintrogasi mantan pacarnya itu. Karena Bunga takut Dodi merasa terganggu dengan pertanyaan yang sering dilontarkan oleh mulut Bunga.
           

            Sudah satu minggu Dodi tak menghubungi Bunga. Dan Bunga lebih memilih untuk tak memikirkan hal tersebut dan berikir positif. Atau lebih baik menghabiskan waktu bersama Rudi. Laki-laki yang berusaha Bunga perhatikan. Agar tak menimbulkan rasa curiga di benak Rudi.
            Ponsel Bunga bergetar dua kali menandakan adanya pesan baru. bunga memilih untuk mengabaikannya karena saat ini Bunga sedang bersama Rudi.
            19.00 WIB
            Bunga mengecek pesan tersebut.
           
From: Dodi
                Jam 8 aku jemput kamu.
                Ada yang penting

            Bunga langsung bergegas mandi untuk siap-siap karena sebentar lagi Dodi akan datang untuk menjemput dirinya. Dan tak tahu hal apa yang ingin dibicarakan oleh Dodi. Dodi memang penuh kejutan dan juga penuh misteri. Bahkan selalu berhasil menyembunyikan wajah sedihnya dan mengganti dengan rona wajah bahagia.
           
            From: Dodi
                Aku dah di depan

                To: Dodi
                Masuk aja. Gak di kunci. Aku lagi siap-siap

            Dodi membuka pintu yang memang benar-benar tak di kunci. Suasana rumah itu memang belum ada yang berubah. Kehangatan yang sering dirasakan empat tahun lalu. Pandangan tajam Dodi tertuju pada sebuat frame yang berisi Foto Bunga bersama Dodi dan Bundanya yang diambil pada saat Bunga lulus SMP.
            “ Dodi .” suara Bunga memanggil Dodi yang sedang berusah mengngat Masa itu.
            Rumah memang dalam keadaan sepi. Karena Bunda sedang pergi ke rumah Paman sejak sore tadi dan sampai saat ini Bundanya belum pulang ke rumah.
            “ Kamu cantik.” Puji Dodi pada Bunga yang saat itu mengenakan Gaun ungu pemberiannya dua tahun lalu. Dan disambut pelukan hangat dari Dodi dan medarat sebuah ciuman di bibir tipis Bunga. Dan Bunga bisa merasakan hembusan nafas yang Dodi saat itu. Dodi membuat Bunga menikmati saat itu.
            “ Argh..”
            “ Sorry.”
            Dodi memutuskan langsung berangkat. Tak lupa sebelumnya ia meminta maaf karena tak seharusnya melakukan itu karena Bunga bukan siapa-siapa. Mereka hanya berteman.
            Kenapa gue mau lo cium? Kenapa gue jadi bodoh sesaat karena lo? dan Bunga memutuskan untuk berhenti memikirkan semua pertanyaan itu. Di sisi lain memang ia masih mengharapkan Dodi untuk kembali. Tetapi Bunga hanya seorang perempuan yang tak bisa melakukan banyak hal untuk memperbaiki hubungannya dengan Dodi.
            Dodi masih merasa bersalah pada Bunga. Perempuan yang menjadi Labuan nafsu sesaatnya. Dodi berharap Bunga tak marah padanya. Dan kalau memang marah, ya suatu hal yang wajar dan Dodi merasa patut dimarahi karena sikapnya yang salah dan tak menjaga Bunga.
            Dan mereka sampai di resto Kedai di daerah Kemang. Bunga langsung membuka pintu mobil yaris hitam yang dinaikinya. Dan berusaha berjalan seanggun mungkin agar orang di sekelilingnya merasa sedikit terpesona. Tapi semua itu buyar karena yang di dapat hanya tanggapan sedikit meledek dari Dodi.
            Bunga memesan makanan dan kemudian disusul oleh Dodi.
            “ Kayaknya kamu agak kurus yah?” kata Dodi memulai dan sambil memasukka sedikit daging iga bakar yang telah ia potong dan siap meluncur kedalam mulutya untuk segera dinikmati.
            Dan hanya dibalas senyum kecil oleh Bunga karena perkataan Dodi sangat menggangunya yang sedang asik menghancurkan mie yang sudah lebih dahulu dimasukkan kedalam mulutnya.
            “ Oh iya, ada yang mau aku omongin tentang kamu sama aku.”
            “ Apa? Kayaknya serius banget sih.”
“ Aku mau kamu cepet-cepet luapin aku. Karena aku juga udah punya pengganti kamu. Emang sih dia gak sebaik kamu. Tapi dia udah berhasil buat aku lupa kamu.”
“ kenapa? Ok kalo emang ini mau kamu. Aku mau pulang sekarang.” Dan Bunga langsung berjalan menuju mobil dan memutuskan untuk meninggalkan Dodi yang masih sibuk membayar di kasir.
Bunga membuka pintu belakang. Karena ia tak mau beradu pandang dengan Dodi. Bunga bingung apakah harus membenci Dodi atau menanyakan maksud dari perkataannya tadi yang membuat detak jantung Bunga berhenti sejenak.

Dodi tak menghubunginya lagi sejak mengajak nya makan makan malam dan membuat Bunga membenci sosok Dodi.

From: Rudi
Gue mau kerumah lo.
 mau ngambil bahan UAN.

To: Rudi
Ambil aja di kamar gue.
Tanya Sama Bunda aja.
Gue lagi jalan sama Nia.


            Pandangan terkesan menurut Rudi saat pertama membuka pitu kamar Bunga. Dan menyibukkan dirinya mencari sesuatu yang menjadi tujuannya datang kesini. Rudi menemukan buku kumpulan gambar Bunga yang tergeletak di meja. Dan mengusik hati Rudi untuk membuka buku itu. Dan sedikit berbangga hati karena gambar dirinya berada di dalamnya. Dan termasuk menjadi gambar favorit Rudi.
             Entah Rudi harus marah atau memaklum ketika melihat frame gambar seorang laki-laki dan berusaha mengingat wajah laki-laki itu. Dan Rudi menemukan bayangan laki-laki itu dan mengetahui bahwa laki-lai itu adala Dodi. Laki-laki yang pernah membuat Bunga bahagia di suatu masa.
            “ Tante aku pamit pulang yah?”
            “ Udah ketemu bahannya?”
            “ udah tan.” Lanjut Rudi sambil memperlihatkan barang yang dicarinya di kamar Bunga.
            Satu jam setelah Rudi pamit, Bunga telah sampai di rumahnya bersama Nia. Mereka langsung memutuskan untuk masuk ke kamar untuk melepas lelah mereka dengan minum satu kotak jus yang sudah Bunga keluarkan dari kulkasnya.
            Bunga menemukan secarik kertas berisi kumpulan kata-kata yang mnembuatnya sedikit terbang dan merasakan eufhoria menjalar dari ujung rambut sam pai ujung kaki.

            To: Rudi
                Pusisnya bagus. Makasih yah
                Aku seneng


            Rudi duduk disamping Bunga yang sedang membaca novel barunya yang di beli pada saat discount besar-besaran di suatu mal. Namun, Bunga tidaklah menyita perhatiannya pada novel yang sedang di bacanya. Entah kenapa ada sesuatu yang sangat mengusik ketenangan hatinya dan mengingatkan Bunga tentang Dodi. Hatinya mengatakan ada sesuatu sedang terjadi dengan Dodi. Perasaan tersebut kini bercampur dengan perasaan tak percaya karna Bunga yakin tak akan terjadi hal buruk yang menimpa Dodi.
            Sore itu Bunga menghabiskan waktu dengan Rudi. Dan pada akhirnya jam menunjukkan pukul tujuh malam dam mereka berdua memutuskan untuk pulang. Tepat jam 07.30 Bunga sampai di rumah. Namun Bunga teringat sesuatu. Ada sesuatu yang tertinggal di rumah Nia dan Bunga bergegas pergi kesana untuk mengambilnya.
            “ Nia ada bi?”
            “ Ada non. Sedang bersama…”
“ Sama siapa?” Tanya bunga. Namun hanya sikap berdiam diri dari asisten rumah tangga Nia.
Dan Bunga langsung menuju kamar Nia denagn rasa penasaran.
Pintu kamar bercat coklat itu terbuka. Dua orang yang berada didalam sepertinya tidak menyadari bahwa ada seseorang memperhatikan apa yang sedang dilakukan. Mereka asyik memagut bibir satu sama lain.
Dengan perasaan hancur Bunga berbalik Badan dan berusaha membanting pintu sekencang-kencangnya. Nia menyadari akan kehadiran Bunga. Langsung berusaha mengejar Bunga yang sudah hampir jauh. Dan usaha Nia membuahkan hasil. Bunga berhasil di tahan dan mereka berdua bersujud di hadapan Bunga. Mengakui kesalahan mereka dan Bunga berusaha menyembunyikan air mata yang hampir jatuh saat itu. Karena Bunga tak mau terlihat sedih agar mereka tahu bahwa menagisi sikap mereka adalah hal yang sangat hina.
“ Bunga aku minta maaf. Aku belum sempat menceritakan hal ini sama kamu.”
“ Gak perlu kamu cerita Rud. Semua udah jelas. Kamu memang gak baik buat aku. Kamu lebih baik untuk Nia.” Kata Bunga berusaha tegar dan seolah-olah menerima atas perlakuan kekasih dan sahabatnya itu.
“ Bunga, sungguh. Semua ini gak seperti apa yang kamu liat.” Rudi berusaha membela diri.
Bunga lebih memilih pergi ketimbang mendengarkan perkataan Rudi yang sangat membuatnya tak bisa nafas sejenak. Dan sesampainya di rumah, Bunda merasakan ada sesuatu yang terjadi pada putrinya. Namun Bunga berusaha menutupi dan tersenyum bahgia seolah-olah tak ada apapun masalah yang sangat menyakitkan itu.


Tiga hari berlalu setelah masalah mengenai penghianatan dari sahabatnya itu. Bunga tak habis pikir dengan apa yang mereka lakukan. Bunga merasa tak pernah punya salah pada Nia. Namun mengapa Nia tega melakukan hal itu.
Mengenai Rudi, Bunga tak mau mengingatnya lagi. Bahkan Bunga menganggap tak pernah mengenali Rudi sebelumnya. Bunga ingin membuang jauh-jauh kenangan dan perasaannya terhadap Rudi. Namun Bunga belum bisa melakukan semua apa yang ingin dilakukan untuk saat ini.
Bunga memutuskan untuk bertamu ke rumah Dodi. Untuk menceritakan masalah ini dan untuk memastikan bahwa perasaan tak enaknya kemarin memanglah hanya fiktif belaka. Bunga berharap kali ini Dodi sedang ada di rumahnya. Karena Bunga butuh teman untuk sharing. Dan mengapa Bunga memilih Dodi. Karena Bunga percaya hanya Dodi yang mengerti suasana hatinya saat ini.
Tapi semua tak seperti apa yang Bunga harapkan. Dodi sedang ke Rumah Sakit bersama Ibunya. Dan kali ini Bunga ingin menyusul tanpa memberitahu Dodi kalau Bunga akan menyusulnya. Karena Bunga ingin tahu sebenarnya siapa yang sakit sampai tak pernah ada di rumah.
Bunga telah menanyaan kepada bagian Resepsionist. Dan memberitahu bahwa Dodi sedang berada di ruang Kemoteraphy. Kemoteraphy? Siapa yang sakit? Mengapa Bunga tak pernah tahu tentang ini sebelumnya?. Itulah pertanyaan yang sedang bernaung didalam otaknya. Terheran setelah mendengar penjelasan sang Resepsionist. Namun bunga berusaha berpikiran positif dan tak mau mengambil kesimpulan sebelum mengetahui yang sebenarnya dan melihat faktanya.

From: Bundaku
Bunga, bantu Bunda jaga kios.
 Mang dadang tidak masuk hari ini.

Bunga langsung pergi meninggalkan Rumah Sakit. Walu masih penasaran,tapi Bunga berusaha berbakti kepada Bundanya.


“ Ini Bunga.” Dodi berusaha mengarahkan kamera handycamp nya ke arah Bunga yang sedang membaca buku. Dan Bunga merasa sedikit kesal karena Dodi mengganggu konsentrasinya. Dan apa yang Dodi lakukan hanya ingin membuat Bunga sedikit kesal. Dan berhasil.
“ Apa sih Dodi. Ganggu aja deh.” Bunga menjawab dengan sedikit kesal.
“ pendek yah dia. Sambil menunjuk kearah Bunga yang hanya setinggi bahu Dodi.
“ Tapi gue suka.” Dodi berusaha untuk jujur
Bunga hanya tersenyum kecil.
            Dodi benar-benar menjadikannya ratu dalam sehari. Karna bunga benar-benar tak bisa melupakan saat seperti ini. Dan sebenarnya Bunga ingin selalu seperti ini dengan Dodi.


            Hari ini akan dilaksanakan Ujian Akhir Nasional. Dan Bunga sudah berjanji kepada sang Bunda untuk bisa membuat Bundanya sedikit bangga karena nilai yang didapatnya nanti.
            Pagi ini Bunga melihat Rudi membonceng sahabatnya. Dan akhirnya Bunga memutuskan untuk tak akan pernah berhubungan dengan Rudi dan Nia. Karena bagi Bunga kepercayaan seperti penghapus. Akan semakin kecil jika ada kesalahan. Dan saat ini Bunga sudah tak mempercayai keduanya. Namun Bunga tak mau menyimpan rasa benci apalagi dendam.
            Dan seperti hari hari kemarin. Nia berusaha menjelaskan. Bunga selalu melakukan hal yang sama. Mendengarkan tetapi tak sepenuhnya mendengarkan. Dan setelah Nia selesai menjelaskan, Bunga memilih untuk pergi. Karena semakin lama Bunga bersama Nia, semakin sakit rasanya.


            Ujian telah Bunga lalui dengan usaha yang semaksimal mungkin. Bundanya akan memberi hadiah mobil baru jika nilai rata-rata ujian Bunga diatas angka delapan. Dan Bunga mendapat nilai rata-rata delapan koma dua. Bunga berhasil membuat Bundanya sedikit bangga. Karena Bunga merasa selama ini tak pernah membuat Bundanya bangga.
            Dan Bunga akan berlibur bersama Dodi di Aceh bersama Bunda dan Mama Dodi. Bunga berharap kali ini akan membuatnya bener-benar yakin akan Dodi. Dan sebaliknya pada Dodi. Dan benar saja. Setiap hari, Dodi selalu membuatnya bahagia. Dari mulai menyantap mie Aceh di tepian jalan raya. Namun dari segi rasa, memang sangat enak dan berkelas. Pantas untuk masuk kategori hidangan restaurant. Dan masin banyak lagi moment yang tak bisa luput dari ingatan Bunga.


            “ Bunga, ini kan hari terakhir disini. Aku mau ngajak kamu ke Alun-alun kota Aceh.” Pinta Dodi yang sama sekali tak bisa ditolak oleh Bunga.
            Tepat pukul 19.00 mereka menuju tempat yang ingin mereka kunjungi. Mereka mengendarai Yaris hitam milik Dodi. Lagu always be my beby melantun di tengah tengah keheningan. Karena Bunga memilih untuk melihat suasana kota Aceh di malam hari. Tak sengaja Bunga melihat ke arah Dodi. Bunga melihat wajah Dodi seperti seseorang yang sedang menahan rasa sakit. Namun Dodi berusaha menutupi dan Bunga memilih diam bermaksud untuk tak mengganggu Dodi yang sedang menyetir
            “ Dodi awaaaaaaaaaaaaaaasssssssss………” Teriak Bunga yang berhasil menyadarkan Dodi bahwa ia hampir menabrak kendaraan yang berlawan arah. Bunga menggantikan Dodi menyetir mobil. Bunga memutuskan untuk berbalik arah menuju penginapan, namun Dodi menolak dengan alasan tak mau menyia-nyiakan waktu indah bersaa Bunga. Dengan terpaksa Bunga menuruti kemauan Dodi.
            “ Dodi kamu kenapa?” Tanya Bunga dengan perasaan sangat khawatir. Bunga langsung mengarahkan mobilnya untuk mencari unit kesehatan terdekat. Keberutungan sedang berihak pada mereka. Tak ada satu kilometer, Bunga menemukan Rumah Sakit dan langsung menanyakan pada security dimana letak UGD. Dengan terburu-buru Bunga langsung mengambil kursi roda yang berada di pos security.
            “ Dok, Dodi mendadak pingsan. Sebelumnya saya melihat dia seperti sedang menahan Rasa sakit di dadanya yang amat dok.” Bunga berkata pada dokter dengan perasaan sangat khawatir. Tak lupa Bunga memberi kabar pada Mama dan Bunda.
           

            Dokter meminta Mama Dodi untuk berbicara di dalam ruang dokter. Dan Mama Dodi memilih sendiri dan tak mau ditemani. Sementara di luar Bunga terlihat gelisah menunggu Mama Dodi keluar dari ruang. Walau Bunda selalu mencoba menenangkan,tetapi rasanya Bunga tidak bisa tenang menghadapi masalah ini. Apalagi mengenai Dodi.
            Setelah menunggu tiga puluh menit, akhirnya Mama Dodi keluar dan terlihat sembab seperti habis menangis. Sebenarnya Bunga tak menegerti,tetapi Bunga mengurungkan niatnya untuk bertanya mengenai Dodi. Karena Bunga tak mau melihat Mama Dodi semakin sedih.
            Setelah sampai rumah, semua sepakat untuk kembali ke Jakarta besok pagi karena takut terjadi macam-macam pada Dodi. Lebih baik berada di Jakarta. Karna lebih dekat dengan dokter yang sering menangani Dodi.


“ Bunga, aku boleh minta sesuatu? Aku mau kita foto,trus kamu gambar. Dan aku mau kamu simpen foto dan gambar itu.” Pinta Dodi.
“ Boleh. Apa sih yang enggak buat kamu. Ko tumben kamu minta di gambar?” jawab Bunga setengah meledek.
Dodi hanya tersenyum kecil
“ Oh iya. Satu lagi. Tiga hari setelah kamu selesai gambar foto kita,kamu mau kan main ke rumah ku untuk nunjukkin bagusnya gambar kamu ke aku. Aku pasti bakal seneng banget.”
“ Iya Dodi. Aku pasti main.” Jawab Bunga dengan senyum.



            Bunga menggambar sambil mencari-cari maksud Dodi ingin di buatkan gambar dirinya bersama Bunga. Namun pikiran itu cepat hilang dan diganti dengan konsentrasi Bunga akan gambar tersebut. Karena Bunga menginginkan yang sempurna.
            Setelah selesai Bunga langsung membingkai gambarnya itu. Tak lupa ia mencatat tanggal di sudut kiri bawah.

            From: Bundaku
                Jemput bunda yah
                Gak ada taksi.

            Bunga langsung menuju kios Bundanya karena tahu pasti bundanya sudah menunggu.
            “ Kamu mau kuliah dimana?” Bunda bertanya
            “ Gak tau Bun. Pengen ambil psikologi.” Jawab Bunga.
“ boleh aja. Tapi harus di fikirkan secara matang yah. Biar gak jadi beban.” Nasihat Bunda
Bunga langsung melajukan mobilnya. Karena rasa kantuk sudah mulai datang. Sampai dirumah Bunga langsung masuk ke kamar Barbie nya. Dan tanpa melihat ponselnya. Bunga tak tahu jika Dodi berusaha menghubunginya.
Perasaan tak enak yang dulu pernah ada kini datang. Dan lagi-lagi mengingatkan tentang Dodi. Bunga langsung mencari ponsel nya. Dan mendapati 12 missed call dan 3 pesan baru.

From: Dodi
Kamu kemana aja?

To: Dodi
Maaf tadi gambar
Trus jemput Bunda.

Dari pesan yang dikirim Dodi sepertinya tak mau jauh. Tetapi Bunga ragu. Karena Dodi tak pernah mengungkapan perasaannya untuk saat ini kepada Bunga.


Bunga tak sabar melihat rona bahagia di wajah Dodi setelah melihat gambar yang sudah dibuat tiga hari yang lalu. Bunga langsung menuju rumah Dodi. Bunga berniat mampir ke toko kue dan membeli pie Durian kesukaan Dodi.
Sampai didepan halaman, Bunga bertemu langsung dengan Mama dodi dan langsung mengantar Bunga menuju kamar Dodi. Sambil sedikit kelihatan sedih tampak di raut wajahnya. Sambil berusaha untuk membicarakan sesuatu. Namun Dodi sudah mengetahui kedatangan Bunga.
Dodi tak ingin Bunga masuk kedalam kamarnya. Dodi menyuruh Bunga untuk menunggu di ruang keluarga. Sambil Bunga memperhatikan frame yang terpajang di dinding.
“ Bunga.”
Bunga langsung menoleh karena da yang menyebut namanya.
Bunga tak dapat menahan rasa harunya. Air mata yang keluar sudah tak mampu di bendung. Yang kemudian disusul oleh tetesan yang menyusul dan terus keluar. Seolah tak mau berhenti membasahi pipi halus Bunga.
Bunga melihat Dodi sudah dalam keadaan lemah. Hanya kursi roda yang mampu menahannya. Rambutnya sudah habis karena efek dari kemoteraphy. Mata cekung dan warna coklat tua yang melingkari matanya.
“ Inilah jawaban dari semua keraguan yang ada dalam hatimu. Aku gak mau buat kamu sedih. Aku mau kamu lupain aku. Karna sampai kapanpun aku gak akan buat kau bahagia sama aku. Aku mau kamu bahagia. Walau aku harus seperti ini. Aku akan melakukan apapun demi kamu.” Jawab Dodi dengan terbata-bata karena tak tahan melihat wajah Bunga yang sudah basah karena air mata kesedihan dan kekecewaan.
Tak ada kata apapun yang keluar dari lisan Bunga. Bingung harus berlaku seperti apa. Tak ada yang ingin dilakukannya untuk saat ini. Hanya duduk lemas karena sudah tak sanggup melihat wajah Dodi yang sepertinya sudah pasrah dan menunggu ajal datang untuk mengambil semua kehidupan dan kebahagiaannya.


Bunga berniat mengajak Dodi untuk ke taman. Bermaksud untuk menghilangkan penat karena selalu berada didalam rumah. Namun ada hal yang ditakuti Dodi. Yaitu Bunga belum siap mental untuk melihan respon mereka-mereka yang melihat. Namun Bunga selalu meyakinkan bahwa Bunga sudah menerima apapun keadaan Dodi.
Sebenarnya Bunga tak tahan melihat keadaan Dodi untuk sekarang. Dodi yang selalu berusaha menyembunyikan penderitaannya, dan selalu tersenyum bahagia seolah tak ada masalah besar yang dihadapinya.
Bunga datang membawa banyak balon dan ice cream durian. Dodi memang menggemari apapun yang berbau durian. Bagi Dodi, Bunga sudah berniat baik untuk membuat harinya sedikit berwarna. Dan tentunya dengan cinta Bunga yang tulus, Bunga mampu membuat Dodi tersenyum untuk sejenak melupakan penyakit yang sebentar lagi akan merenggut nyawanya.
Bunga senang bisa membuat Dodi tersenyum. Walau tidak lama, namun Bunga yakin Dodi tak akan pernah melupakan apa yang sudah ia lakukan padanya.


Sudah 100 hari Dodi terduduk lemah di kursi roda yang sehari-hari menemaninya kemanapun dan dengan siapapun ia berkomunikasi. Dan sudah 100 hari juga Bunga selalu membuat kejutan di setiap hari Dodi. Meskipun Dodi selalu pesimis dengan hidupnya, namun Bunga yakin Tuhan mempunyai rencana indah untuk hidup kita. Bunga merasa semua yang dijalaninya saat ini sudah mendapat kehendak dari Tuhan.
Rasa bahagia datang saat kabar Dodi telah lepas dari jeratan sakit yang selama ini membuatnya tak pernah mempunyai semangat hidup. Dodi ingin merayakan kebahagiaan ini. Dan Bunga tak tahu harus membawa hadiah apa untuk orang yang dicintanya itu.
Acara akan dimulai pada tepat jam 19.00 . Namun sore ini Bunga masih harus menyelesaikan jam kuliahnya. Bunga tak mau membuat Dodi kecewa jika ia tak menghadiri. Terpaksa bunga membatalkan rencananya untuk membawa hadiah untuk Dodi. Karena waktu yang tak memungkinkan.
Akhirnya Bunga menyelesaikan semua tugasnya pada pukul 17.50. hmm masih ada waktu untuk memperindah dirinya. Tepat pada pukul 19.15 Bunga sampai. Tak lupa untuk meminta maaf karena Bunga tahu, ia terlambat. Namun Dodi memaklum.


            Bunga sedang menyelesaikan soal Ujian Tengah Semester nya. Setelah pulang nanti Dodi akan menjemputnya dan berniat untuk menonton film yang baru saja dirilis.
            Dua tiket sudah ditangan. Waktu tayang masih lama. Bunga memutuskan untuk ke toko buku membeli alat-alat untuk menggambar. Setelah membayar, Bunga melihat Dodi sedang berbincang dengan seorang wanita. Sepertinya Dodi sangat enjoy saat dengan wanita tersebut.
            “ Dodi.” Panggil Bunga
Dodi langsung menoleh kearah suara Bunga.
“ Udah bayarnya? Yuk!” ajak Dodi yang langsung menggenggam jari Bunga.
Bunga memutuskan untuk tidak bertanya tentang perempuan tadi. Bunga lebih memilih pura-pura tak tahu.


Tepat hari ke-100 Dodi terbebas dari sakit yang selama ini cukup menyita semua kebahgiaan Dodi. Entah kenapa Bunga sedang ingin dengan Dodi. Sangat kebetulan Dodi mengajak Bunga untuk makan malam di sebuah resto yang baru buka hari ini. Jadi sedang diadakan discount.
Saat sedang menimati makanan, Bunga melihat Dodi seperti sedang menahan rasa sakit. Dan tak lama, Dodi tidak sadarkan diri. Bunga langsung bergegas menuju Unit kesehatan terdekat. Keberuntungan sedang tak berpihak. Cukup jauh Bunga menyusuri jalan di malam yang hanya diterangi lampu jalan.
Setelah beberapa saat Bunga mencari, akhirnya ia menemukan sebuah Rumah sakit yang tak terlalu besar. Namun setidaknya bisa menyelamatkan nasib Dodi malam ini.
“ Bagaimana dok?” Tanya Bunga yang sangat khawatir.
“ Maaf.”
Kenapa harus sekarang? Dan kenapa harus kamu? Harusnya bukan kamu? Secepat inikah? Semua pertanyaan itu selalu bernaung di benak Bunga karena masih belum menerima kenyataan Dodi harus pergi secepat ini. Hanya bisa bersandar lemah di pelukan Bunda.


Bunga membawa tiga puluh tangkai mawar merah yang akan di letakkan di makam kekasih hatinya. Hanya air mata yang bisa menyampaikan semua kesedihan Bunga. Penyesalan datang tak pernah mengenal waktu. Hanya bisa merenung dan berdiam diri untuk bisa menerima kenyataan tentang kepergian Dodi yang tak pernah disangka.
Emosi yang sering datang bukan pada waktunya. Dan hampir tak bisa mengontrol semua sikapnya. Bunga hanya bisa diam dan entah sampai kapan ia harus bersedih. Dodi benar-benar membuatnya terpuruk saat ini.

Gelap hati ini bertabur benih mentari yang pupus dalam kehaningan cinta
Mencari asa yang kian lama tak semi jua
Hati tak kuasa mendamparkan diri saat tak diinginkan lagi oleh kasihmu
Sadar kini cinta telah hilang, hati ini pun menjerit haru
Pahami kekalahan sejati tak menghasilkan yang terbaik
Sadarilah orang yang mencintaimu tak ingin kehilanganmu


Genap usia dua puluh tahun. Sampai hari ini, Bunga masih mengenang semua tentang Dodi. Tak ada sosok yang membuatnya nyaman. Semua ini karena Bunga tak pernah membuka hatinya sedikitpun untuk siapapun.
Bunga masih mengharapkan perayaan ulang tahun yang ke tujuh belas akan terulang. Rasanya hari ini Bunga sangat lelah. Dan memutuskan untuk istirahat lebih cepat dari biasanya.
“ Bunga. Happy Birthday. Aku mau kamu bahagia yah. Jangan selalu mikirin aku. Aku dah cukup bahagia disini. Aku juga mau kamu bahagia. Aku tetep sayang kamu.”
“ tapi kenapa kamu pergi? Aku lebih bahagia kalo ada kamu.”
“ Maaf Bunga. Ini udah jalanku. Aku yakin jalan mu akan lebih indah. Jangan pernah menyesali semuanya. Aku harus pergi.”
“ Jangan tinggalin aku. Aku gak bisa gak ada kamu.”
“ Dodiiiiiiiiiiiiii jangan tinggalin akuuuuuuuuuuuuu.” Teriak Bunga tanpa disadari telah membangunkan dan menyadarkan dia dari mimpinya. Bunda masuk kamar Bunga untuk melihat apa yang terjadi pada putrinya.
“ Bunga.. kamu kenapa?” Tanya Bunda
“ Gak apa-apa Bun. Cuma mimpiin Dodi.”


Pernikahan Bunga hanya tinggal menghitung hari. Terigat akan impiannya dulu untuk menikah bersama Dodi. Namun Tuhan berkehendak lain. Bunga yanik ini jalan terbaik untuk hidup Bunga yang sudah digariskan oleh Tuhan.
Bunga membeli Bunga mawar sebanyak dua puluh tangkai yang akan ia bawa untuk menjenguk makan Dodi bersama calon suaminya. Bunga sudah menceritakan semua perihal Dodi kepada calon saminya yang bisa memaklum.
“ Dodi. Minggu depan aku mau nikah sama Riki. Aku bahagia sama dia. Dia bisa jagain aku. Seperti kamu jagain aku.”
Setelah menaruh mawar yang ia bawa. Bunga langsung bergegas pergi untuk kembali ke ruamhnya. Karena Bunda sudah mulai mempersiapkan semua perlengkapan untuk pernikahan anak semata wayangnya itu. Dan Bunga sudah berjanji untuk membantu hari ini.


Ternyata Mama Dodi menghadiri pesta pernikahan Bunga denagn Riki.
“ Bunga, tante mau ngasih surat. Surat ini di tulis Dodi pada saat dia masih ada. Dan dia mau kamu baca surat ini tepat di hari pernikahan kamu.”
Bunga sedikit terkejut mendengar perkataan Mama Dodi. Dengan perlahan Bunga membuka. Dengan perasaan sedikit kacau.
Text Box: Dear  Bunga
selamat yah. Aku ikut bahagia. Aku tahu selama ini aku gak pernah terbuka. Namun yakinlah. Semua yan g terjadi itulah yang terbaik. Jangan pernah berpikir Tuhan gak sayang sama kamu. Sayang nya aku sama kaya sayang nya Tuhan. Gak pernah mau liat kamu hancur. Kamu jangan pernah sia-siain orang yang udah sayang sama kamu. Begitu juga suami kamu. Dia sayang banget loh sama kamu. Aku selalu berdoa demi kebahgiaan kamu. 
Mungkin aku emang gak bisa liat langsung kebahagiaan kamu. Namun aku yakin kebahgiaan kamu bisa terpancar sampai tempat aku berada sekarang.


Dodi


THE END




Seorang gadis berdiri dihadapkan oleh sebuah jendela yang lumayan berdebu dan hampir tak bisa tembus pandang oleh Bunga. Dan walaupun bisa dilihat, pandangan bunga tak akan pernah sampai pada jalan raya yang bisa dilihat jika tembus pandang. Pandangan kosong bunga mengingatkan bunga di suatu masa ketika Ayahnya pergi untuk selamanya. Dan terkadang sering hadir pertanyaan-pertanyaan yang ia pun tidak bisa untuk menjawab semua pertanyaan yang hadir dalam benaknya itu.
 Kini dia tinggal hanya dengan ibunya yang selalu setia memberikan nasihat dan motovasi sejak bunga berumur 7 tahun. Wanita setengah baya itu menjadi sosok ibu sekaligus menjadikan peran seorang ayah dalam mencari nafkah untuk membiayai bunga sekolah dan membiayai segalanya yang di butuhkan oleh mereka. Sampai pada akhirnya, ibunya bisa membuat sebuah kios sumber penghasilan keluarga tersebut.
Namanya Bunga. Gadis cantik dengan rambut lurus sepunggung dengan poni menyamping kekanan. Gadis belia berumur 16 tahun ini adalah gadis yang cukup pendiam. Pikirnya, daripada menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk mengeluarkan suara lebih baik digunakan untuk menggambar sesuatu yang ada dalam benaknya. Ya. Bunga sangat menyukai kegiatan tersebut. Sampai ia pernah menjuarai lomba Karya Seni pada saat ia berusia 12 tahun.


Pagi ini, hari pertama Bunga di sekolah barunya. Dia berharap suasananya akan berbeda dengan sekolah lamanya yang menurut Bunga tak bisa membuatnya nyaman dengan sekolah itu. Ia sibuk mencari kelas “XI IPA 2” dan pencariannya berhenti pada saat di beri tahu oleh seorang penjaga sekolah. Ia berharap tak di beri hukuman untuk hari ini. Karna ia terlambat bangun hari ini. Suara pantulan sepatu Bunga ke lantai menjadi sangat terdengar pada saat itu. Kebisingan dimulai ketika ia membuka pintu kelasnya. Dan semua berjalan seolah tak ada masalah.
Jam istirahat tiba. Bersyukur bagi Bunga karna dari pagi tadi perutnya tak diisi makanan apapun. Rasa lapar yang sangat mengganggu membuat Bunga ingin segera membeli makanan. Segera bergegas ke kantin bersama teman sebangkunya Nia. Seperti biasa,Bunga lebih memilih Nia yang memulai pembicaraan.


“ Hai. Gue Riko. Ketua Osis disini. Lo anak baru ya? Gue belum pernah liat lo sebelumnya.” Sapa Riko saat Bunga hendak memasukkan makanannya kedalam mulut dan merasa ada gangguan sedikit karna Riko menyapanya. “ Gue Bunga. Iya. Gue anak baru disini. Baru hari ini.” Sahut Bunga yang sangat menginginkan Riko cepat pergi dari sini. “ Oh. Ok deh. Selamat datang di SMKN Cendikia.” Kata Riko yang juga sambil meminum minuman yang ia pegang. “ Ok. Thanks” balas Bunga yang bersyukur akhirnya ia bisa melanjutkan makannya bersama Nia.


Sudah satu bulan Bunga belajar di sekolah barunya. Dan sampai saat ini Bunga belum menemukan sesuatu yang membuatnyaa senang sekolah di sekolah barunya ini. Besok sekolah akan mengadakan event sparing Bola Basket dan Futsal. Dengan perasaan terpaksa Bunga harus menonton. Walaupun Bunga tak pernah kenal siapa yang ia lihat bermain. Karna sampai sekarang hanya Nia yang menurutnya ia jadikan sebagai sahabatnya.
Sampai waktunya tiba Bunga berfikir dan membayangkan bagaimana hari ini disekolah. Pasti sepanjang waktu di sekolah akan membuatnya sangat bosan karna melihat orang yang sedang bertanding, tapi ia tak kenal siapa yang ia lihat bertanding. Sampai akhirnya ia melihat seorang laki-laki yang menurut Bunga menarik dan ia langsung mengeluarkan kertas kosong dan pensil. Ia mulai membuat goretan goretan kecil yang ia tuangkan dalam kertas kosongnya. Dan sekarang kertas itu tak lagi kosong. Terdapat sebuat gambar anak laki-laki yang tampan sedang memasukkan bola kedalam ring basket. Dengan tinggi yang ideal dan warna kulit yang cukup putih untuk seorang anak laki-laki dan memiliki mata indah lonjong lancip ke depan seperti buah zaitun yang menawan.
Astaga! Kenapa gue jadi mikirin dia? Haduh.. jangan deh jangan pikir Bunga yang kemudian sadar dan membangungkan dia dari lamunan yang sangat panjang dan membuatnya tak sadar karna suasana lapangan sudah mulai sepi. Hanya ada Bunga dan Nia di lapangan tersebut.
“Ko sepi? Acaranya udahan?” Tanya Bunga yang memulai pembicaraan.
“ya udahan lah. Mau sampe besok tandingnya? Biar lo ngelamunnya tambah panjang?” sahut Nia yang agak mulai kesal kepada Bunga.
“Maaf deh. Namanya juga ngelamun.” Kata Bunga yang sedikit membela dirinya.
“panas nih! Pulang yuk. Daripada gue ngebiarin lo terus ngelamun disini.” Ajak Nia yang kemudian Bunga mengikuti di belakang.
Sesampai dirumah Bunga datang membawa 2 kotak jus mangga yang ada di tangannya yang baru saja ia keluarkan dari kulkas.
“ Gambar lo bagus juga. Tapi, kayaknya gue kenal deh. Inikan Rudi kapten tim basket di sekolah kita. Lo naksir yaaah?” Tanya Nia dengan nada sedikit bercandan.
“ Gue gak suka. Cuma dia berhasil ngusik gue supaya dia gue gambar.” Sahut Bunga dengan nada datar dan di sambut senyuman dari Nia.
Pandangan Nia mengelilingi isi kamar Bunga dan berhasil malabuhkan pandangannya pada suatu gambar. Dan membuat Nia penasaran. Kenapa Bunga menaruh gambar seorang anak laki-laki di dinding. Mungkin pacarnya waktu dulu pikir Nia. Dan perasaan penasaran terus mendorong Nia untuk bertanya. “ini siapa?” Tanya Nia yang sambil terus memberikan perhatiannya pada gambar itu. Dan membuat bunga ikut menghampiri gambar tersebut.
“Dia itu pernah buat gue bahagia di suatu masa” jawab Bunga yang tak ingin terlalu banyak memberikan info tentang laki-laki yang ada di gambar. Dan dibalas anggukkan Nia yang memberikan tanda bahwa Nia mengerti apa yang dikatakan Bunga.
Sampai saat Nia memutuskan untuk pulang, bunga masih teringat tentang laki-laki yang ia gambar pada saat ia bersekolah di sekolah lamanya. Dia pernah berjanji untuk tidak pergi meninggalkan Bunga pada saat itu. Dan Bunga merasa bahagia saat bersama laki-laki itu. Bunga merasa nyaman. Hanya laki-laki itu yang bisa membuatnya nyaman berada disisinya. Hubungan Bunga dengan laki-laki itu sudah diketahui oleh Bundanya. Dan bundanya hanya bisa menyerahkan keputusan pada Bunga. Yang penting bagi Bundanya adalah kebahagiaan anak semata wayangnya itu.


            Mata Bunga sibuk mencari sesosok laki-laki yang menjanjikan dirinya untuk datang di sebuat resto. Dan akhirnya kesibukan itu berubah menjadi kebahagiaan karna akhirnya Bunga berhasil menemukan Dodi. Laki-laki yang sudah 2 tahun menjadi seseorang yang selalu menjaga Bunga dan selalu mencurahkan seluruh perhatiannya kepada Bunga.
            “Sudah lama nunggu yah? Maaf yah tadi lama cari taksinya. Gak marah kan?” kata Bunga yang agak takut Dodi marah karna ia sudah terlambat 30 menit dari waktu yang ia janjikan kepada Bunga. Dan dibalas anggukkan dan senyumnya Dodi yang bisa mencairkan rasa takut Bunga.
“kamu cantik pakai gaun itu. Aku jadi tambah sayang. Baru sadar ternyata aku punya pacar cantik kaya kamu.” Puji Dodi kepada bintang yang merasa senang karena gaun pemberiannya benar-benar cocok di tubuh pacarnya itu.
“ ah kamu bisa aja. Nanti kalo aku terbang,kamu gak punya pacar cantki kaya aku loh! Jangan buat aku terbang” sahut Bunga dengan nada bercanda.
Bunga memesan Nasi Goreng dan jus Mangga dan di lengkapi dengan satu cup ice cream strawberry. Makan malam berjalan sangat romantic yang membuat Bunga seolah tak menginginkan ia Meninggalkan Dodi dan tak ingin pula di tinggal oleh Dodi. Dan selesai makan, Dodi memulai pembicaraan dengan sedikit berbasa basi menanyakan makanan yang ia makan enak atau tidak. Dan di sambut senyuman dan acungan jempol Bunga yang menandakan makanan yang ia makan itu memanglah enak.
“Bunga.. aku sayang kamu. Aku gak mau ninggalin kamu. Tapi semua ini gak seperti yang aku fikirin. Papah ku ada tugas pekerjaan di Padang. Dan keluargaku sudah sepakat untuk pindah kesana karna papah merasa ia akan lama bertugas disana. Dan awalnya aku menolak karna perasaan ku yang takut kau akan melupakan masa-masa kita kemarin. Aku gak mau semua ini terjadi bunga.” Kata Dodi yang dengan nada sedih yang menandakan bahwa ia benar-benar tak ingin pisah dengan kekasihnya yang ia sayang itu dan disambut raut wajah sedih oleh Bunga. Dan pada akhirnya Bunga memutuskan untuk memberikan suatu perkataan
“Aku juga sayang kamu. Sebenarnya aku juga gak pengen kamu pergi. Tapi kalo emang itu yang terbaik buat kamu terutama keluarga kamu, yasudah. Aku hanya bisa mendukung apapun yang terbaik buat kamu Dod. Tenang aja. Aku gak mungkin lupa sama yang kemaren-kemaren. Masa iya aku bisa lupa. “ bunga berkata sambil berusaha menyembunyikan kesedihannya karna ia tak mau berpisah. Tapi ia punya keyakinan kalo Tuhan punya rencana indah untuk hidupnya.
            Tiba tiba kepala Bunga merasakan pening dan disusul dengan rasa sakit yang hampir tak bisa di tahan oleh Bunga. Dan disana pula Dodi merasa khawatir dan menanyakan apa yang terjadi pada kekasihnya itu. Dan dengan perasan tak mau membuat Dodi khawatir Bunga pun hanya menyahut dengan senyum yang menurut dia paling indah.

           
            Siang ini Bunga ingin menghabiskan waktunya di Mal bersama Nia sahabatnya. Dan Tuhan menakdirkan ia beradu tatap dengan Rudi. Ya, laki-laki yang berhasil menyita pikirannya sejak ia menggambar laki-laki itu. Dengan perasaan senang dan terkejut Bunga berusaha memberitahu ini pada Nia. Namun hanya tanggapan dingin dari Nia. Karna menurut Nia bukan hal penting.

            From: Rudi
Nanti malem ada acara gak?
 Aku mau ngajak kamu buat nonton aku tanding basket di senayan.
 Berharap banget kamu datang.
 Nanti aku jemput di rumah kamu

To: Rudi
Iya. Aku siap-siap dulu yah!

Harus keliatan cantik nih . pikir Bunga yang disambut rasa heran kenapa seantusias ini hanya karna akan bertemu Rudi. Padahal Dodi sudah lebih lama mengisi relung hatinya. Tetapi sudah satu tahun ini ia tak pernah memberi kabar. Kalopun memberi kabar hanya lewat e-mail. Dan Bunga merasa sudah malas membuka account e-mailnya. Karna semua temannya sudah hijrah ke Facebook. Sudah dua bulan terakhir ini Rudi menjadi sering menghubunginya sejak ia beradu tatap di Mal. Dan hanya Rudi yang berhasil membuat Bunga selalu menghabiskan waktu hanya untuk membalas sms dari Rudi.


            Jam istirahat ia habiskan makan bersama Rudi di kantin. Dan membuat Nia bertanya dan agak sedikit penasaran. Bagimana bisa ia berhubungan baik dengan Rudi. Dan mengapa dengan mudahnya Bunga makan bersama Rudi. Nia memutuskan untuk makan bersama teman yang lain dan sebenarnya sudah lebih dahulu di ajak Bunga untuk makan bersama Bunga dan Rudi. Namun Nia menolak dengan alasan tak ingin mengganggu suasana indah Bunga bersama Rudi.
“Kok lo bisa deket sama Rudi sih? Lo gak tau yah banyak cewek yang jadi korban Rudi. Dia itu Cuma mau ngasih harepan kosong sama lo. Sama kaya apa yang dia lakuin sama cewek-cewek di sekolah ini.” Nia memulai dengan memberikan pernyataan yang menurut Bunga salah besar.
“Nia cantik … Rudi itu baik. Dia juga ngertiin gue banget. Gak mungkin lah dia begitu. Lagipula gue juga gak berharap sama dia. Jadi lo santai aja. Gue gak sama kaya cewek-cewek kaya gitu ko.” Jawab Bunga yng membuat Nia sedikit lega karena tak mau sahabatnya itu jadi korban jahatnya Rudi.


            Kali ini Rudi benar-benar menyita pikirannya. Siang ini Bunga hanya menghabiskan waktu di tempat tidur memikirkan Dodi yang membuatnya bertanya Tanya. Dan Bunga pun tak sanggup untuk menjawab pertanyaan yang hadir di kepala Bunga. Karena Bunga tahu hanya Dodi yang mampu menjawab semua pertanyaan itu.
            Sinar matahari berhasil masuk menembus kamar tidur yang bernuansa pink yang hampir seperti kamar Barbie yang di dekor sedemikian rupa oleh pemilik kamar tersebut agar mampu membuat siapapun yang berada didalamnya merasa nyaman dan selalu ingin berlama-lama berada didalamnya.
            Bunga menutup pintu kamar mandi dan memutuskan untuk bermalas-malasan sambil mengambil satu kotak jus Sirsak dan satu bungkus keripik kentang pedas yang ada di kulkas. Dan menatap jam yang menunjukkan pukul 16.00 WIB. Lalu ia mengecek ponsel yang menunjukkan sebuah pesan baru dan satu missed call dari Rudi.
           
           
From: Rudi
                Aku di depan rumah kamu nih. Aku tunggu yah

Disambut perasaan terkejut dan langsung mengecek waktu Rudi mengirim sms. Dan langsung lega karna hanya sepuluh menit yang lalu. Bunga langsung bergegas kelur kamarnya untuk menemui Rudi. Dan menemui Rudi sedang duduk di ruang tamu bersama Bunda dengan secangkir teh dan satu topes kue kering yang ada di meja.
“ Maaf yah lama. Tadi lagi gak pegang Hp. Bunda kenapa gak bilangin Bunga sih. Kan jadi gak enak sama Rudi nunggu lama.” Kata Bintang dengan raut wajang sedikit malu.
“ Gak apa-apa kok. Aku yang ngelarang Bunda kamu buat bilangin kamu. Abisnya aku takut kamu lagi istirahat.” Sahut Rudi yang berhasil membuat Bunga sedikit lega.
Banyak pembicaraan yang terjadi antara Bunga dan Rudi. Dan terkadang di sambut tawa kecil dari Bunga yang membuat ia melupakan sejenak taentang kekasihnya yang sudah Satu tahun tak memberi kabar kepadanya dan Bunga tak lagi terlalu sering memikirkan hal tersebut. Karna Rudi sudah banyak menyita pikrannya akhir-akhir ini.
Namun Bunga selalu berusaha menjaga perasaannya terhadap Dodi. Dan tidak memutuskan untuk berharap banyak kepada Rudi. Walaupun menurutnya Rudi memang pantas untuk diharapkan. Tapi Bunga akan selalu mengingat petkataan yang pernah ia dengar dari Nia.


Bunga sudah siap dengan gaun ungu yang ia kenakan pemberian kekasihnya Dodi. Dan sebenarnay kesalahan besar jika ia menggunakannya untuk menemui laki-laki lain selain orang yang memberikan gaun tersebut yaitu Dodi.
Gaun ini kan punya gue. Dan sudah jadi hak gue. Lagipula buat apa kalo Cuma untuk dipajang. Pikirnya yang merasa keputusan untuk memakain gaun itun adalah baik dan tak mau peduli gaun itu digunakan untuk apa dan untuk bertemu siapa.
Dinner kali ini bener-bener romantic menurut Bunga. Namun sampai kapanpun bersama Dodi adalah hal paling indah.
“ Bunga, ada yang mau gue omongin sama lo.” Kata Rudi memulai
“ Apa?” jawab Bunga sedikit penasaran
“ akhir-akhir ini gue jadi sering kangen lo. Dan selalu mikirin lo.” Sahut Rudi yang terus memperhatikan Bunga .
“Terus?” Tanya Bunga yang pura-pura tak tahu maksud Rudi
“ Maksud gue… gue suka sama lo. Dan gue mau lo jadi pacar gue.” Kata Rudi yang berhasil memberhentikan asiknya makan ice cream dan membuat Bunga merasa ada sebuah tombak yang menusuk jantungnya.
“ gue gak bisa jawab sekarang.” Sahut Bunga yang disusul keinginan Bunga untuk cepat sampai rumah dan merenung tentang kekasihnya Dodi.


            Bunga memutuskan untuk membuka account e-mailnya untuk mengecek apakah Dodi berusaha untuk mengetahui kabar Bunga atau tidak. Dan berhasil membuat Bunga terkejut karena ia mendapat 12 e-mail baru. salah satunya adalah
           
           

From                    : nugraha.dodi@yahoo.com
                Subject              :
Pagi sayang. Aku denger kamu pindah sekolah yah? Gimana sekolah baru kamu?
Aku berharap kamu masih nyimpen aku di hati kamu.
 Karna aku pun demikian.
Kamu baik-baik yah di Jakarta. Jakarta itu panas gak kaya di bandung sejuk. Padang juga panas banget. Gak kaya bandung adem.
 Apalagi ada kamu.

Bunga melihat waktu kapan saat Dodi mengirim e-mailnya tersebut. Ternyata sudah tiga bulan yang lalu. Bunga merasa tak perlu membalas e-mail tersebu. Tapi akan merasa berdosa apabila tak dibalas karna bagaimana pun Dodi sudah berusaha menghubunginya dan berusaha memberi kabar bagaimana dia disana.

To                        : nugraha.dodi@yahoo.com
Subject              :
Maaf baru bisa bales sekarang.
Aku kira kamu sama kaya temen-temen aku. Sudah pada hijrah ke Facebook.
 Kamu gak perlu kirim e-mail lagi. Lewat Facebook aja.
 Nih nick nya Bunga Cintya Sasmojo. No handphone aku 087878304576


           
Bunga merasa lega karena ia tahu bahwa Dodi masih menganggapnya sebagai kekasih. Tetapi bunga berfikir itu kan 3 bulan yang lalu. Apa masih sama seperti sekarang? Bagimana kalo sudah berubah? Namun tiba tiba muncul Rudi dalam fikirannya saat itu dan berhasil menyita seluruh fikiran Bunga dan juga berhasil menyingkirkan Dodi yang telah lebih dulu berada di dalam fikirannya.

           
            From: Bunda
                Nanti sepulang sekolah kamu gantiin Bunda jaga kios yah.
 Bunda mau ada acara sebentar

Ternyata tak hanya ada satu pesan baru di ponsel Bunga. Rudi pun mengirim pesan kepada Bunga saat itu.
From: Rudi
Siang cantik. Kamu dimana? Aku kangen nih.
 Tadi aku lewat rumah kamu sekalian mampir. Kata bibi,kamu ada di kios.
 Aku boleh kesana gak?

Bunga merasa pesan itu tak perlu dibalas. Karna untuk saat ini ia memutuskan untuk tidak bertemu dengan laki-laki yang hampir berhasil menggantikan sosok Dodi. Dan ia tahu, akan sangat salah jika ia berhasil menggantikan posisi Dodi dengan Rudi. Ia tak mau hubungan yang sudah ia jalani sejak 3 tahun kemarin hancur hanya gara-gara kehadiran sosok laki-laki baru yang sebelumnya tak ia kenal. Berbeda dengan Dodi. Sebelum mereka memutuskan untuk pacaran, sebelumnya mereka menjalin persahabatan sejak kelas tujuh.
Bunga sangat sibuk mlayani pembeli yang daritadi terus memenuhi kios Bundanya. Untunglah Bundanya tak terlalu lama meninggalkan kios dan membiarkan Bunga kerepotan melayani pembeli.
Dua bungkus nasi goreng di bawa Bunga yang baru saja ia beli dari pasar. Bunga langsung menghabiskan nasi goreng dan tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Bunga.
“ Cape ya geulis? Makasih loh sudah di bantu.” Kata Bunda mengawali
“ Sama-sama Bunda. Lagipula sudah lama juga aku gak Bantu Bunda.” Sahut Bunga yang sudah lebih dulu menghabiskan nasi gorengnya. Karena perutnya belum ketemu makanan sejak tadi siang.
“ oh iya,sebentar lagi kamu ulang tahun yang ke-17. Mau di rayakan dimana?” kata Bunda menanyakan.
“ Dirumah saja. Kecil-kecilan juga gak apa-apa. Pengen sama temen-temen deket sama keluarga aja. Gak mau hambur-hambur. Lebih baik digunakan buat keperluan yang lain.” Sahut Bunga.
Bunga memang tak terlalu banyak keinginan. Yang paling diutamakan adalah yang penting Binga dan Bundanya bahagia dan semua berkecukupan. Bunga sangat mengerti Budanya.


Bunga menerima permintaan teman dari Dodi Nugraha Setiabudi. Dan membuka satu e-mail baru yang diterimanya.

From                    : nugraha.dodi@yahoo.com
Subject:             :
Iya gak apa-apa. Udah aku add ko Fb kamu.
Baik baik yah disana.
Aku sayang kamu
Cuma kamu yang aku sayang.
 Please believe me.
Only you in my mind. I always thinking of you.
 Miss you so much.
 Maaf kalo aku gak bisa sering sering ngehubungin kamu.


            “ Met ultah yan cantik. “ Nia datang dan langsung menyapa.
            “ Sama-sama. Maksih juga udah datang.” Jawab Bunga dan langsung disusul oleh senyuman yang meluncur dari bibir mungil Nia.
            Sudah pasti Rudi datang dan berusaha memberikan sedikit kebahagiaan kepada Bunga. Dengan sekotak hadiah yang di pegang Rudi dan kini telah berada di tangan Bunga. Dan langsung memberi salam kepada Bunda yang berdiri di samping Bunga.
            Acara telah dimulai. Sampai acara inti sedang berjalan. Doa dan harapan Bunga meluncur pada saat make a wish. Bunga dan Bundanya bahagia. Dan ia juga berharap Dodi bisa hadir untuk memberikan sedikit kebahagian di hari ulang tahunnya itu.
            First cake sudah pasti untuk Bundanya. Dan pada saat Bunga sudah memegang potongan kue yang kedua,Rudi berharap kue tersebut akan di berikan kepadanya. Namun harapan itu buyar ketika datang seorang laki-laki berdiri dihadapkan tamu yang hadir.
            “ Happy Birthday geulis.” Sapa laki-laki itu yang sangat mengejutkan Bunga. Dan di sambut Bahagia. Bunga sedikit tak percaya. Dodi hadir ditengah-tengah kebahagiaan ulang tahunnya. Bunga langsung berari untuk memeluk Dodi dan dibalas pelukan oleh Dodi untuk melepas rindu yang sudah satu tahun ia tahan. Dan saatnya tiba untuk meluapkan kerinduannya itu.
            Nia sadar bahwa laki-laki itu adalah laki-laki yang digambar dan di pajang di dinding kamar Bunga. Namun tidak bagi Rudi. Rasa heran yang terus menghantui. Dan bnyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Setahu Rudi Bunga belum mempunyai kekasih. Dan Rudi melihat keakraban antara Bunga dan laki-laki itu.
            Sampai acara berakhir, Dodi tak ingin melepaskan genggaman tangannya. Dan sampai rumahnya sepi, Bunga tak melihat Rudi pamit pulang pada Bintang ataupun pada Bundanya. Namun Bunga tak terlalu memikirkan hal tersebut.
            Sudah tiga hari ini Dodi berada di Jakarta. Dan tiga hari itu pula Dodi menghabiskan waktunya dengan Bunga. Dari mulai nonton Bioskop dan masih banyak lagi. Akhirnya Bunga mengantar Dodi Menuju bandara dan Dodi berjanji untuk menghubunginya jika sudah sampai di Padang.


            Nada pesan bordering dua kali menandakan ada dua pesan baru yang masuk dan siap di baca oleh pemilik ponsel tersebut. Namun entah kenapa Bunga memutuskan untuk istirahat di siang yang lumayan panas.
            Dan akhirnya Bunga terbangun oleh panggilan Bunda yang memberitahu bahwa Nia sudah hadir di rumahnya untuk mengerjakan tugan Bahasa Indonesia.
            Bunga melihat ponselnya dan ingin mengetahui siapa yang mengirim pesan ke ponselnya siang tadi.
           
From: Dodi
Aku sudah sampai. Jangan lupa istirahat dan makan yah

From: Rudi
Laki-laki yang kemaren itu siapa?
Kok kamu gak pernah cerita sama aku?

Bunga hanya memutuskan untuk membalas pesan dari Dodi saja. Ia berusaha untuk menjaga hatinya. Dan tidak ingin kejadian kemarin kembali terjadi dan membuat Bunga merasa menghianati Dodi.
“Bunga, Rudi gak mau berenti nanya soal Dodi. Padahal gak pernah gue kasih tau. Tapi dia tetep ngeyel” kata Nia
“sudahlah… diemin aja. Ntar juga capek sendiri.”
Dan Bunga minta izin pada Bunda untuk pergi mengantarkan Nia pulang ke rumahnya.


            From                    : nugraha.dodi@yahoo.com
                Subject              :
Bunga. Aku mau kita putus aja. Aku gak mau nyiksa kamu terus nungguin aku tanpa kejelasan. Aku memutuskan untuk kita pisah aja.
 Tapi percayalah. Aku tetep sayang kamu. Aku janji aku pasti pulang dan kembali ke Jakarta untu kamu dan demi kamu.
Aku yakin keputusan aku ini buat kamu sedih. Tapi aku tau kamu pasti lebih sedih kalo terus-terusan nunggu aku yang ga jelas entah sampai kapan di padang dan kembali menetap di Jakarta.
Aku yakin kamu bisa ngertiin keputusan aku

Seakan ada tombak tajam yang menusuk jantungnya dan memberhentikan detak jantungnya. Dan Bunga benar-benar bisa merasakan detak jantungnya berhenti saat ia membaca e-mail dari Dodi.



To: Rudi
Aku mau ketemu kamu.
Ada ahal penting yang perlu di bicarain
 Jemput aku di rumah sekarang

Sudah 30 menit Bunga menunggu Rudi yang tidak muncul batang hidungnya. Dan berhasil datang di menit ke 35. Dan langsung memutuskan untuk meluncur ke resto di Kedai di daerah Kemang.
“Dodi siapa? Kenapa kamu gak pernah cerita sama aku sebelumnya. “ kata Rudi mengawali
“ Dulu dia pacar aku. Sekarang mantan aku”. Jawab Bunga dengan nada datar.
Dan di sambut senyum indah yang meuncur dari bibir tipis Bunga. Dan mereka berdua memutuskan untuk berpacaran. Bunga berusaha sedemikian apapun untuk menyayangi Rudi. Dan terbukti. Dengan perhatian yang terus diberikan Rudi, Bunga mulai menginginkan rudi dan seolah tak ingin jauh.

            Sudah tiga bulan Bunga menjalani hubungan dengan Rudi. Awalnya memang penuh perhatian. Namun semakin lama hanya sekali mengirim pesan kepada Bunga. Dan mulai timbul perasaan kecewa di hati Bunga karena kenapa Rudi bersikap seperti itu kepadanya. Bunga merasa Rudi kini tak memerlukannya ada di samping Rudi.
            Dering MMS bunyi di ponsel Bunga. MMS dari Nia telah Bunga terima. Dan perasaan saat Dodi memutuskan hubungannya kini timbul saat ia melihat foto Rudi sedang mencium mesra pipi seorang wanita yang tak ia kenal. Rasa cemburu berkecamuk dan bercampur rasa amarah dan kebencian yang sangat besar terhadap laki-laki yang Bunga harapkan bisa lebih baik Daripada Dodi.
            Kini perkataan Nia yang dulu pernah di katakan kepada Bunga benar-benar terjadi. Perasaan bersalah terhadap Dodi karena berusaha melupakannya pun muncul. Bunga lebih memilih untuk berbaring di kamarnya seharian. Bunga memutuskan untuk tak melakukan kegiatan apapun termasuk menatap ponselnya yang semalam menerima gambar yang membuatnya ingin mati sejenak. Ternyata semua laki-laki sama. Tapi lo beda. Andai semua laki-laki kaya lo. Pikir bunga yang sibuk melamuni.
            Libur semester tiba. Hari pertama Bunga memutuskan untuk berdiam diri di rumah dan mengurung diri di kamar. Sudah tiga hari ia tidak mengaktifkan ponselnya. Dan Bunga sama sekali tak ingin sedikitpun menggubris ponselnya.


            Hujan menepati janjinya dengan datang di malam hari ini. Membasahi tanah kering yang berasap saat tersentuh air. Membawa hawa dingin. Menimbulkan dentingan di atap-atap rumah yang di datanginya. Terutama atap rumah Bunga.
            Di dalam kamar Bunga meringkuk merasakan dingin nya angin yang mampu menusuk sampai kedalam tulang Bunga. Angin yang tak terlalu dingin terasa sangat dingin karena suhu badan Bunga yang tinggi. Dan kepalanya menjadi sangat pening saat itu.
            Ponsel Bunga yang sejak tadi menampung banyak pesan masuk yang tak diketahui entah dari siapa. Dan dengan setengah sadar Bunga mengangkat telpon masuk dan Bunga tidak sadar dengan siapa ia berbicara.
            Rudi merasa sedikit lega karena pada akhirnya telpon yang sudah berkali-kali akhirnya di angkat oleh Bunga. Dan di jawab dengan jawaban yang terbata-bata yang menandakan bahwa cewek ini seadang tidak dalam keadaan baik-baik saja.
           

            “ Nia… Bunga kemana? Belum ngeliat gue”. Tanya Rudi kepada Nia.
            Dan di jawab seperlunya dan jawaban tidak tahu dari Nia. Sebenarnya Nia benar-benar tidak tahu Bunga kemana. Karena dari Bundanya juga tak memberi kabar ke sekolah pagi ini.


            “kenapa kamu tega sama aku? Gampang banget kamu cium cewek ini. Ini siapa?” Tanya Bunga yang disertai perasaan ingin menampar laki-laki yang mulai ia sayang sejak itu. “ Itu gak seperti yang kamu liat dan kamu sangka. Kamu harus mendengarkan penjelasan aku. Aku jelasin yah…………………… “ penjelasan Rudi yang tak disambut hangat oleh Bunga. Karena ia merasa penjelasan itu percuma dan takkan pernah menghilang rasa benci yang sudah terlanjur berkecamuk di rongga hatinya yang masih menyimpan sedikit kenangan tentang Dodi.
Di depan rumah Bunga menengadah ke langit yang berwarna abu-abu tua nyaris hitam. Di angkasa pun semuanya tampak seperti film animasi. Di atas sana, seorang laki-laki kartun duduk santai sambil memancing di atas bulan sabit yang juga di gambar animasi. Logo “Dreamlight” itu tampak jelas dihadapannya. Bunga bertanya-tanya bagaimana caranya naik keatas sana.
“ Bunga…” panggil Rudi yang menyadari perkataannya sedari tadi tak di dengar oleh Bunga. Pada saat panggilan ketiga, akhirnya Bunga tersadar dari lamunan yang membuatnya terheran entah sudah sampai mana ia melamun tadi sampai-sampai tak mendengarkan penjelasan kekasih yang sekarang ia benci.


Hamparan rumput luas yang sekarang berada dalam tatapan Bunga. Beberapa pasang kekasih yang terlihat sedang asyik tertawa riang yang pernah Bunga cap sebagai Pasangan yang tak tahu tempat untuk melabuhkan kasih cinta mereka. Dan kini Bunga berada dalam kategori pasangan kekasih yang tak tahu tempat pelabuhan cinta.
Tangan Rudi berusaha menempatkan tangannya di tangan Bunga. Dan berharap tidak mendapat respon yang tidak baik dari Bunga. Dan ternyata ketakutan itu tak menjadi kenyataan. Rudi senang karena pada akhirnya dia bisa menggenggam ruas-ruas jari Bunga yang halus karena hampir tak pernah melakukan pekerjaan di rumahnya.


Buku-buku ku baca tuk pelajari dirimu
Jelajahi hatimu
Begitu sulit tuk kupahami
Cukup luas tuk menyesatkanku
Di hatimu.
Hatimu adalah padang pasir tak berujung
Dengan banyak oasis walau sering diamuk badai
Hatimu adalah savanna tak bertepi
Dengan banyak kompetisi, tempat banyak dunia berlari
Hatimu, padang pasir kucari oasis
Hatimu, tempat ku berlari
Duniaku berlari
Bebas


            Rasa benci yang berhasil menghilang setelah sekian lama masalah yang hampir menggerogoti rasa sayang kepada Rudi yang hampir habis. Dan hampir tumbuh setelah puisi cinta banyak menghiasi account Facebooknya. Yang sangat memenuhi beranda.
            “ Seneng deh lo bisa maafin gue” kata Rudi
            “ ya.” Jawab Bunga dengan nada datar
            “ Lo sayang gue kan?”
            “ Iya. Gue sayang.”
“ Gue janji bakal setia sama lo. Dan gue jamin kejadian kemaren gak akan terulang lagi.”
“ Iya iya.”
            Entah kenapa yang di janjikan Rudi padanya tak mengembalika semua rasa sayang yang dulu Bunga rasakan. Dan Bunga berusaha sedemikian untuk menutupi kebohongannya bahwa Bunga mempercayai janji Rudi padanya. Dan kali ini pening yang sangat dan di susul dengan rasa nyeri yang begitu kuat datang lagi. Sekarang Bunga tak bisa menyembunyikan wajahnya yang semakin menghilangkan rona wajahnya dan menjadi putih memucat.
            “ Bunga.”…… panggil Rudi yang tanpa Bunga menyadarinya.
            “ Bunga lo kenapa?” Tanya Rudi dengan nada panic.
            Dan berubah menjadi nada khawatir dan sedikit memaksa Bunga untuk memberitahu keadaannya pada Rudi yang sedang cemas karena Bunga sedikit kehilangan keseimbangan tubuhnya.
            “ Gue gak apa-apa ko” kata Bunga memastikan. Di sambut ajakan pulang oleh Rudi karena tak ingin terjadi apa-apa pada Bunga.


            Hamparan warna putih langsung menyambut Bunga ketika ia siuman dari tidur yang tak disadari Bunga sudah 3 jam Bunga tak sadar. Bunga mendapati Bundanya berdiri dengan rona sedikit bahagia di wajahnya yang sudah sedikit keriput karena putrinya sudah sadar dan menghilangkan rasa khawatir yang sedari tadi hilir mudik di dalam kepalanya.
            Aroma obat yang sudah sangat akrab dengan hidungnya sejak sepuluh tahun saat menemani sang Bunda terserang Tifus. Sangat akrab tetapi sama sekali Bunga tak menyukai aroma ini dan membuat Bunga ingin segera cepat-cepat pergi dari tempat yang membuatnya Bad Mood.
            Dan akhirnya Bunga diizinkan untuk meninggalkan Rumah Sakit ini. Bundanya lebih dahulu untuk memesan taksi.
            “ Ngapain kamu disini? Kamu udah baik ke Jakarta?” sapa Bunga yang terheran karena melihat Dodi sedang berjalan dengan arah yang berlawanan dengan Bunga.
            “ Gak. Aku cuma jengung tanteku.” Sahut Dodi dan berusaha untuk meyakinkan Bunga yang memasang mimic wajah heran
            “ Aku duluan yah.” Lanjut Dodi dan langsung pergi seperti orang yang terburu-buru.
 Hhmm mungkin ia benar-benar jujur. Pikir Bnga yang langsung menyusul Bundanya karena tak mau lagi menghabiskan waktu hanya untuk memikirkan laki-laki itu.
           


            Televisi itu menyala di ruang gelap. Menghantarkan radiasi lebih kuat dari biasanya. Menayangkan gambar demi gambar dan iklan demi iklan kepada seorang penonton. Satu penonton yang pikirannya sedang berkelana dalam dunianyan sendiri. Setiap gambar dan suara yang keluar dari televisi tak terlintas di kepalanya.
            Uap air yang keluar dari dispenser menyirami kopi bubuk yang berada dalam cangkir. Dan langsung membaur dengan serbuk kopi tersebut. Secangkir kopi hangat kesukaan Bunga jika sedang penat dengan kegiatan yang dilakukan dalam rumah yang terkesan monoton.
            Goresan demi goresam pensil Bunga tuangkan dalam kertas kosong. Goresan tersebut menghubungkan ke goresan yang lain saling mengikat dan membentuk sebuah gambar seorang ibu yang sedang Menggendong buah hatinya.
           


            To: Rudi
                Lagi dimana?
Pengen ngobrol nih
Kucing di rumah gue kangen

            Hanya menunggu 30 menit sosok Rudi sudah hadir di depan teras rumahnya. Dan langsung disambut aroma teh hangat yang sudah Bunga buat lima menit lalu.
            “ Ada apa? Tumben nyuruh kerumah.”
            “ gak apa-apa. Pengen ngobrol aja.” Kata Bunga dan dengan senyum
            Dodi. Lagi-lagi datang menyita benak Bunga yang tengah berusaha menghapus bayangan wajah Dodi karena ia merasa ingin menghargai Rudi yang sudah datang karena Bunga memintanya.
            “ Besok Dodi di Jakarta. Gue mau ketemu dia.” Pinta Bunga dengan sedikit memohon.
            “ Yaudah. Tapi inget! Jangan jatuh cinta sama dia lagi yah?” dengan nada bercanda. Dan di susul senyum bahagia dari Bunga.


            To: Dodi
                Aku  dah di depan nih

            “ Dodinya ada bi?”
            “ Den Dodi sedang keluar bersama ibu.”
            “ Sudah lama? Kira-kira kemana yah?”
            “ Baru saja. Katanya mau ke Rumah Sakit Kencana”
            “ Makasih ya bi.”
            Tanpa berpikir panjang Bunga langsung bergegas menuju rumah Sakit yang dimaksud. Dan berusaha berpikir positif untuk tidak berprasangka buruk tentang Dodi. Ia yakin tak akan terjadi apapun pada Dodi.
            Sampai di depan pintu loby Rumah Sakit, Bunga sudah beradu pandang dengan Dodi.
            “ Loh Bunga! Ngapain disini?”
            “ Aku mau nyusul kamu. Aku Cuma mau mastiin kamu gak apa-apa.”
            “ Oh. Ternyata kamu masih khawatir sama aku. Mending kita pulang.”
            Banyak perbincangan yang terjadi antara Bunga dan Dodi. Mungkin hanya seedar melepas rasa rindu. Walaupun di antara mereka tak ada hubungan apa-apa dan hanyan teman untuk saat ini. Tapi Bunga tak pernah munafik kalo Bunga memanglah merindukan sosok Dodi yang dahulu perna membuatnya bahagia di suatu masa.
            Untuk saat ini Bunga tak mengetahu apakah hati Dodi sudah dimiliki perempuan lain atau tidak. Karena Dodi selalu mengalihkan pembicaraan setiap di singgung tentang siapa kekasihnya saat ini. Dan Bunga mengurungkan niatnya untuk mengintrogasi mantan pacarnya itu. Karena Bunga takut Dodi merasa terganggu dengan pertanyaan yang sering dilontarkan oleh mulut Bunga.
           

            Sudah satu minggu Dodi tak menghubungi Bunga. Dan Bunga lebih memilih untuk tak memikirkan hal tersebut dan berikir positif. Atau lebih baik menghabiskan waktu bersama Rudi. Laki-laki yang berusaha Bunga perhatikan. Agar tak menimbulkan rasa curiga di benak Rudi.
            Ponsel Bunga bergetar dua kali menandakan adanya pesan baru. bunga memilih untuk mengabaikannya karena saat ini Bunga sedang bersama Rudi.
            19.00 WIB
            Bunga mengecek pesan tersebut.
           
From: Dodi
                Jam 8 aku jemput kamu.
                Ada yang penting

            Bunga langsung bergegas mandi untuk siap-siap karena sebentar lagi Dodi akan datang untuk menjemput dirinya. Dan tak tahu hal apa yang ingin dibicarakan oleh Dodi. Dodi memang penuh kejutan dan juga penuh misteri. Bahkan selalu berhasil menyembunyikan wajah sedihnya dan mengganti dengan rona wajah bahagia.
           
            From: Dodi
                Aku dah di depan

                To: Dodi
                Masuk aja. Gak di kunci. Aku lagi siap-siap

            Dodi membuka pintu yang memang benar-benar tak di kunci. Suasana rumah itu memang belum ada yang berubah. Kehangatan yang sering dirasakan empat tahun lalu. Pandangan tajam Dodi tertuju pada sebuat frame yang berisi Foto Bunga bersama Dodi dan Bundanya yang diambil pada saat Bunga lulus SMP.
            “ Dodi .” suara Bunga memanggil Dodi yang sedang berusah mengngat Masa itu.
            Rumah memang dalam keadaan sepi. Karena Bunda sedang pergi ke rumah Paman sejak sore tadi dan sampai saat ini Bundanya belum pulang ke rumah.
            “ Kamu cantik.” Puji Dodi pada Bunga yang saat itu mengenakan Gaun ungu pemberiannya dua tahun lalu. Dan disambut pelukan hangat dari Dodi dan medarat sebuah ciuman di bibir tipis Bunga. Dan Bunga bisa merasakan hembusan nafas yang Dodi saat itu. Dodi membuat Bunga menikmati saat itu.
            “ Argh..”
            “ Sorry.”
            Dodi memutuskan langsung berangkat. Tak lupa sebelumnya ia meminta maaf karena tak seharusnya melakukan itu karena Bunga bukan siapa-siapa. Mereka hanya berteman.
            Kenapa gue mau lo cium? Kenapa gue jadi bodoh sesaat karena lo? dan Bunga memutuskan untuk berhenti memikirkan semua pertanyaan itu. Di sisi lain memang ia masih mengharapkan Dodi untuk kembali. Tetapi Bunga hanya seorang perempuan yang tak bisa melakukan banyak hal untuk memperbaiki hubungannya dengan Dodi.
            Dodi masih merasa bersalah pada Bunga. Perempuan yang menjadi Labuan nafsu sesaatnya. Dodi berharap Bunga tak marah padanya. Dan kalau memang marah, ya suatu hal yang wajar dan Dodi merasa patut dimarahi karena sikapnya yang salah dan tak menjaga Bunga.
            Dan mereka sampai di resto Kedai di daerah Kemang. Bunga langsung membuka pintu mobil yaris hitam yang dinaikinya. Dan berusaha berjalan seanggun mungkin agar orang di sekelilingnya merasa sedikit terpesona. Tapi semua itu buyar karena yang di dapat hanya tanggapan sedikit meledek dari Dodi.
            Bunga memesan makanan dan kemudian disusul oleh Dodi.
            “ Kayaknya kamu agak kurus yah?” kata Dodi memulai dan sambil memasukka sedikit daging iga bakar yang telah ia potong dan siap meluncur kedalam mulutya untuk segera dinikmati.
            Dan hanya dibalas senyum kecil oleh Bunga karena perkataan Dodi sangat menggangunya yang sedang asik menghancurkan mie yang sudah lebih dahulu dimasukkan kedalam mulutnya.
            “ Oh iya, ada yang mau aku omongin tentang kamu sama aku.”
            “ Apa? Kayaknya serius banget sih.”
“ Aku mau kamu cepet-cepet luapin aku. Karena aku juga udah punya pengganti kamu. Emang sih dia gak sebaik kamu. Tapi dia udah berhasil buat aku lupa kamu.”
“ kenapa? Ok kalo emang ini mau kamu. Aku mau pulang sekarang.” Dan Bunga langsung berjalan menuju mobil dan memutuskan untuk meninggalkan Dodi yang masih sibuk membayar di kasir.
Bunga membuka pintu belakang. Karena ia tak mau beradu pandang dengan Dodi. Bunga bingung apakah harus membenci Dodi atau menanyakan maksud dari perkataannya tadi yang membuat detak jantung Bunga berhenti sejenak.

Dodi tak menghubunginya lagi sejak mengajak nya makan makan malam dan membuat Bunga membenci sosok Dodi.

From: Rudi
Gue mau kerumah lo.
 mau ngambil bahan UAN.

To: Rudi
Ambil aja di kamar gue.
Tanya Sama Bunda aja.
Gue lagi jalan sama Nia.


            Pandangan terkesan menurut Rudi saat pertama membuka pitu kamar Bunga. Dan menyibukkan dirinya mencari sesuatu yang menjadi tujuannya datang kesini. Rudi menemukan buku kumpulan gambar Bunga yang tergeletak di meja. Dan mengusik hati Rudi untuk membuka buku itu. Dan sedikit berbangga hati karena gambar dirinya berada di dalamnya. Dan termasuk menjadi gambar favorit Rudi.
             Entah Rudi harus marah atau memaklum ketika melihat frame gambar seorang laki-laki dan berusaha mengingat wajah laki-laki itu. Dan Rudi menemukan bayangan laki-laki itu dan mengetahui bahwa laki-lai itu adala Dodi. Laki-laki yang pernah membuat Bunga bahagia di suatu masa.
            “ Tante aku pamit pulang yah?”
            “ Udah ketemu bahannya?”
            “ udah tan.” Lanjut Rudi sambil memperlihatkan barang yang dicarinya di kamar Bunga.
            Satu jam setelah Rudi pamit, Bunga telah sampai di rumahnya bersama Nia. Mereka langsung memutuskan untuk masuk ke kamar untuk melepas lelah mereka dengan minum satu kotak jus yang sudah Bunga keluarkan dari kulkasnya.
            Bunga menemukan secarik kertas berisi kumpulan kata-kata yang mnembuatnya sedikit terbang dan merasakan eufhoria menjalar dari ujung rambut sam pai ujung kaki.

            To: Rudi
                Pusisnya bagus. Makasih yah
                Aku seneng


            Rudi duduk disamping Bunga yang sedang membaca novel barunya yang di beli pada saat discount besar-besaran di suatu mal. Namun, Bunga tidaklah menyita perhatiannya pada novel yang sedang di bacanya. Entah kenapa ada sesuatu yang sangat mengusik ketenangan hatinya dan mengingatkan Bunga tentang Dodi. Hatinya mengatakan ada sesuatu sedang terjadi dengan Dodi. Perasaan tersebut kini bercampur dengan perasaan tak percaya karna Bunga yakin tak akan terjadi hal buruk yang menimpa Dodi.
            Sore itu Bunga menghabiskan waktu dengan Rudi. Dan pada akhirnya jam menunjukkan pukul tujuh malam dam mereka berdua memutuskan untuk pulang. Tepat jam 07.30 Bunga sampai di rumah. Namun Bunga teringat sesuatu. Ada sesuatu yang tertinggal di rumah Nia dan Bunga bergegas pergi kesana untuk mengambilnya.
            “ Nia ada bi?”
            “ Ada non. Sedang bersama…”
“ Sama siapa?” Tanya bunga. Namun hanya sikap berdiam diri dari asisten rumah tangga Nia.
Dan Bunga langsung menuju kamar Nia denagn rasa penasaran.
Pintu kamar bercat coklat itu terbuka. Dua orang yang berada didalam sepertinya tidak menyadari bahwa ada seseorang memperhatikan apa yang sedang dilakukan. Mereka asyik memagut bibir satu sama lain.
Dengan perasaan hancur Bunga berbalik Badan dan berusaha membanting pintu sekencang-kencangnya. Nia menyadari akan kehadiran Bunga. Langsung berusaha mengejar Bunga yang sudah hampir jauh. Dan usaha Nia membuahkan hasil. Bunga berhasil di tahan dan mereka berdua bersujud di hadapan Bunga. Mengakui kesalahan mereka dan Bunga berusaha menyembunyikan air mata yang hampir jatuh saat itu. Karena Bunga tak mau terlihat sedih agar mereka tahu bahwa menagisi sikap mereka adalah hal yang sangat hina.
“ Bunga aku minta maaf. Aku belum sempat menceritakan hal ini sama kamu.”
“ Gak perlu kamu cerita Rud. Semua udah jelas. Kamu memang gak baik buat aku. Kamu lebih baik untuk Nia.” Kata Bunga berusaha tegar dan seolah-olah menerima atas perlakuan kekasih dan sahabatnya itu.
“ Bunga, sungguh. Semua ini gak seperti apa yang kamu liat.” Rudi berusaha membela diri.
Bunga lebih memilih pergi ketimbang mendengarkan perkataan Rudi yang sangat membuatnya tak bisa nafas sejenak. Dan sesampainya di rumah, Bunda merasakan ada sesuatu yang terjadi pada putrinya. Namun Bunga berusaha menutupi dan tersenyum bahgia seolah-olah tak ada apapun masalah yang sangat menyakitkan itu.


Tiga hari berlalu setelah masalah mengenai penghianatan dari sahabatnya itu. Bunga tak habis pikir dengan apa yang mereka lakukan. Bunga merasa tak pernah punya salah pada Nia. Namun mengapa Nia tega melakukan hal itu.
Mengenai Rudi, Bunga tak mau mengingatnya lagi. Bahkan Bunga menganggap tak pernah mengenali Rudi sebelumnya. Bunga ingin membuang jauh-jauh kenangan dan perasaannya terhadap Rudi. Namun Bunga belum bisa melakukan semua apa yang ingin dilakukan untuk saat ini.
Bunga memutuskan untuk bertamu ke rumah Dodi. Untuk menceritakan masalah ini dan untuk memastikan bahwa perasaan tak enaknya kemarin memanglah hanya fiktif belaka. Bunga berharap kali ini Dodi sedang ada di rumahnya. Karena Bunga butuh teman untuk sharing. Dan mengapa Bunga memilih Dodi. Karena Bunga percaya hanya Dodi yang mengerti suasana hatinya saat ini.
Tapi semua tak seperti apa yang Bunga harapkan. Dodi sedang ke Rumah Sakit bersama Ibunya. Dan kali ini Bunga ingin menyusul tanpa memberitahu Dodi kalau Bunga akan menyusulnya. Karena Bunga ingin tahu sebenarnya siapa yang sakit sampai tak pernah ada di rumah.
Bunga telah menanyaan kepada bagian Resepsionist. Dan memberitahu bahwa Dodi sedang berada di ruang Kemoteraphy. Kemoteraphy? Siapa yang sakit? Mengapa Bunga tak pernah tahu tentang ini sebelumnya?. Itulah pertanyaan yang sedang bernaung didalam otaknya. Terheran setelah mendengar penjelasan sang Resepsionist. Namun bunga berusaha berpikiran positif dan tak mau mengambil kesimpulan sebelum mengetahui yang sebenarnya dan melihat faktanya.

From: Bundaku
Bunga, bantu Bunda jaga kios.
 Mang dadang tidak masuk hari ini.

Bunga langsung pergi meninggalkan Rumah Sakit. Walu masih penasaran,tapi Bunga berusaha berbakti kepada Bundanya.


“ Ini Bunga.” Dodi berusaha mengarahkan kamera handycamp nya ke arah Bunga yang sedang membaca buku. Dan Bunga merasa sedikit kesal karena Dodi mengganggu konsentrasinya. Dan apa yang Dodi lakukan hanya ingin membuat Bunga sedikit kesal. Dan berhasil.
“ Apa sih Dodi. Ganggu aja deh.” Bunga menjawab dengan sedikit kesal.
“ pendek yah dia. Sambil menunjuk kearah Bunga yang hanya setinggi bahu Dodi.
“ Tapi gue suka.” Dodi berusaha untuk jujur
Bunga hanya tersenyum kecil.
            Dodi benar-benar menjadikannya ratu dalam sehari. Karna bunga benar-benar tak bisa melupakan saat seperti ini. Dan sebenarnya Bunga ingin selalu seperti ini dengan Dodi.


            Hari ini akan dilaksanakan Ujian Akhir Nasional. Dan Bunga sudah berjanji kepada sang Bunda untuk bisa membuat Bundanya sedikit bangga karena nilai yang didapatnya nanti.
            Pagi ini Bunga melihat Rudi membonceng sahabatnya. Dan akhirnya Bunga memutuskan untuk tak akan pernah berhubungan dengan Rudi dan Nia. Karena bagi Bunga kepercayaan seperti penghapus. Akan semakin kecil jika ada kesalahan. Dan saat ini Bunga sudah tak mempercayai keduanya. Namun Bunga tak mau menyimpan rasa benci apalagi dendam.
            Dan seperti hari hari kemarin. Nia berusaha menjelaskan. Bunga selalu melakukan hal yang sama. Mendengarkan tetapi tak sepenuhnya mendengarkan. Dan setelah Nia selesai menjelaskan, Bunga memilih untuk pergi. Karena semakin lama Bunga bersama Nia, semakin sakit rasanya.


            Ujian telah Bunga lalui dengan usaha yang semaksimal mungkin. Bundanya akan memberi hadiah mobil baru jika nilai rata-rata ujian Bunga diatas angka delapan. Dan Bunga mendapat nilai rata-rata delapan koma dua. Bunga berhasil membuat Bundanya sedikit bangga. Karena Bunga merasa selama ini tak pernah membuat Bundanya bangga.
            Dan Bunga akan berlibur bersama Dodi di Aceh bersama Bunda dan Mama Dodi. Bunga berharap kali ini akan membuatnya bener-benar yakin akan Dodi. Dan sebaliknya pada Dodi. Dan benar saja. Setiap hari, Dodi selalu membuatnya bahagia. Dari mulai menyantap mie Aceh di tepian jalan raya. Namun dari segi rasa, memang sangat enak dan berkelas. Pantas untuk masuk kategori hidangan restaurant. Dan masin banyak lagi moment yang tak bisa luput dari ingatan Bunga.


            “ Bunga, ini kan hari terakhir disini. Aku mau ngajak kamu ke Alun-alun kota Aceh.” Pinta Dodi yang sama sekali tak bisa ditolak oleh Bunga.
            Tepat pukul 19.00 mereka menuju tempat yang ingin mereka kunjungi. Mereka mengendarai Yaris hitam milik Dodi. Lagu always be my beby melantun di tengah tengah keheningan. Karena Bunga memilih untuk melihat suasana kota Aceh di malam hari. Tak sengaja Bunga melihat ke arah Dodi. Bunga melihat wajah Dodi seperti seseorang yang sedang menahan rasa sakit. Namun Dodi berusaha menutupi dan Bunga memilih diam bermaksud untuk tak mengganggu Dodi yang sedang menyetir
            “ Dodi awaaaaaaaaaaaaaaasssssssss………” Teriak Bunga yang berhasil menyadarkan Dodi bahwa ia hampir menabrak kendaraan yang berlawan arah. Bunga menggantikan Dodi menyetir mobil. Bunga memutuskan untuk berbalik arah menuju penginapan, namun Dodi menolak dengan alasan tak mau menyia-nyiakan waktu indah bersaa Bunga. Dengan terpaksa Bunga menuruti kemauan Dodi.
            “ Dodi kamu kenapa?” Tanya Bunga dengan perasaan sangat khawatir. Bunga langsung mengarahkan mobilnya untuk mencari unit kesehatan terdekat. Keberutungan sedang berihak pada mereka. Tak ada satu kilometer, Bunga menemukan Rumah Sakit dan langsung menanyakan pada security dimana letak UGD. Dengan terburu-buru Bunga langsung mengambil kursi roda yang berada di pos security.
            “ Dok, Dodi mendadak pingsan. Sebelumnya saya melihat dia seperti sedang menahan Rasa sakit di dadanya yang amat dok.” Bunga berkata pada dokter dengan perasaan sangat khawatir. Tak lupa Bunga memberi kabar pada Mama dan Bunda.
           

            Dokter meminta Mama Dodi untuk berbicara di dalam ruang dokter. Dan Mama Dodi memilih sendiri dan tak mau ditemani. Sementara di luar Bunga terlihat gelisah menunggu Mama Dodi keluar dari ruang. Walau Bunda selalu mencoba menenangkan,tetapi rasanya Bunga tidak bisa tenang menghadapi masalah ini. Apalagi mengenai Dodi.
            Setelah menunggu tiga puluh menit, akhirnya Mama Dodi keluar dan terlihat sembab seperti habis menangis. Sebenarnya Bunga tak menegerti,tetapi Bunga mengurungkan niatnya untuk bertanya mengenai Dodi. Karena Bunga tak mau melihat Mama Dodi semakin sedih.
            Setelah sampai rumah, semua sepakat untuk kembali ke Jakarta besok pagi karena takut terjadi macam-macam pada Dodi. Lebih baik berada di Jakarta. Karna lebih dekat dengan dokter yang sering menangani Dodi.


“ Bunga, aku boleh minta sesuatu? Aku mau kita foto,trus kamu gambar. Dan aku mau kamu simpen foto dan gambar itu.” Pinta Dodi.
“ Boleh. Apa sih yang enggak buat kamu. Ko tumben kamu minta di gambar?” jawab Bunga setengah meledek.
Dodi hanya tersenyum kecil
“ Oh iya. Satu lagi. Tiga hari setelah kamu selesai gambar foto kita,kamu mau kan main ke rumah ku untuk nunjukkin bagusnya gambar kamu ke aku. Aku pasti bakal seneng banget.”
“ Iya Dodi. Aku pasti main.” Jawab Bunga dengan senyum.



            Bunga menggambar sambil mencari-cari maksud Dodi ingin di buatkan gambar dirinya bersama Bunga. Namun pikiran itu cepat hilang dan diganti dengan konsentrasi Bunga akan gambar tersebut. Karena Bunga menginginkan yang sempurna.
            Setelah selesai Bunga langsung membingkai gambarnya itu. Tak lupa ia mencatat tanggal di sudut kiri bawah.

            From: Bundaku
                Jemput bunda yah
                Gak ada taksi.

            Bunga langsung menuju kios Bundanya karena tahu pasti bundanya sudah menunggu.
            “ Kamu mau kuliah dimana?” Bunda bertanya
            “ Gak tau Bun. Pengen ambil psikologi.” Jawab Bunga.
“ boleh aja. Tapi harus di fikirkan secara matang yah. Biar gak jadi beban.” Nasihat Bunda
Bunga langsung melajukan mobilnya. Karena rasa kantuk sudah mulai datang. Sampai dirumah Bunga langsung masuk ke kamar Barbie nya. Dan tanpa melihat ponselnya. Bunga tak tahu jika Dodi berusaha menghubunginya.
Perasaan tak enak yang dulu pernah ada kini datang. Dan lagi-lagi mengingatkan tentang Dodi. Bunga langsung mencari ponsel nya. Dan mendapati 12 missed call dan 3 pesan baru.

From: Dodi
Kamu kemana aja?

To: Dodi
Maaf tadi gambar
Trus jemput Bunda.

Dari pesan yang dikirim Dodi sepertinya tak mau jauh. Tetapi Bunga ragu. Karena Dodi tak pernah mengungkapan perasaannya untuk saat ini kepada Bunga.


Bunga tak sabar melihat rona bahagia di wajah Dodi setelah melihat gambar yang sudah dibuat tiga hari yang lalu. Bunga langsung menuju rumah Dodi. Bunga berniat mampir ke toko kue dan membeli pie Durian kesukaan Dodi.
Sampai didepan halaman, Bunga bertemu langsung dengan Mama dodi dan langsung mengantar Bunga menuju kamar Dodi. Sambil sedikit kelihatan sedih tampak di raut wajahnya. Sambil berusaha untuk membicarakan sesuatu. Namun Dodi sudah mengetahui kedatangan Bunga.
Dodi tak ingin Bunga masuk kedalam kamarnya. Dodi menyuruh Bunga untuk menunggu di ruang keluarga. Sambil Bunga memperhatikan frame yang terpajang di dinding.
“ Bunga.”
Bunga langsung menoleh karena da yang menyebut namanya.
Bunga tak dapat menahan rasa harunya. Air mata yang keluar sudah tak mampu di bendung. Yang kemudian disusul oleh tetesan yang menyusul dan terus keluar. Seolah tak mau berhenti membasahi pipi halus Bunga.
Bunga melihat Dodi sudah dalam keadaan lemah. Hanya kursi roda yang mampu menahannya. Rambutnya sudah habis karena efek dari kemoteraphy. Mata cekung dan warna coklat tua yang melingkari matanya.
“ Inilah jawaban dari semua keraguan yang ada dalam hatimu. Aku gak mau buat kamu sedih. Aku mau kamu lupain aku. Karna sampai kapanpun aku gak akan buat kau bahagia sama aku. Aku mau kamu bahagia. Walau aku harus seperti ini. Aku akan melakukan apapun demi kamu.” Jawab Dodi dengan terbata-bata karena tak tahan melihat wajah Bunga yang sudah basah karena air mata kesedihan dan kekecewaan.
Tak ada kata apapun yang keluar dari lisan Bunga. Bingung harus berlaku seperti apa. Tak ada yang ingin dilakukannya untuk saat ini. Hanya duduk lemas karena sudah tak sanggup melihat wajah Dodi yang sepertinya sudah pasrah dan menunggu ajal datang untuk mengambil semua kehidupan dan kebahagiaannya.


Bunga berniat mengajak Dodi untuk ke taman. Bermaksud untuk menghilangkan penat karena selalu berada didalam rumah. Namun ada hal yang ditakuti Dodi. Yaitu Bunga belum siap mental untuk melihan respon mereka-mereka yang melihat. Namun Bunga selalu meyakinkan bahwa Bunga sudah menerima apapun keadaan Dodi.
Sebenarnya Bunga tak tahan melihat keadaan Dodi untuk sekarang. Dodi yang selalu berusaha menyembunyikan penderitaannya, dan selalu tersenyum bahagia seolah tak ada masalah besar yang dihadapinya.
Bunga datang membawa banyak balon dan ice cream durian. Dodi memang menggemari apapun yang berbau durian. Bagi Dodi, Bunga sudah berniat baik untuk membuat harinya sedikit berwarna. Dan tentunya dengan cinta Bunga yang tulus, Bunga mampu membuat Dodi tersenyum untuk sejenak melupakan penyakit yang sebentar lagi akan merenggut nyawanya.
Bunga senang bisa membuat Dodi tersenyum. Walau tidak lama, namun Bunga yakin Dodi tak akan pernah melupakan apa yang sudah ia lakukan padanya.


Sudah 100 hari Dodi terduduk lemah di kursi roda yang sehari-hari menemaninya kemanapun dan dengan siapapun ia berkomunikasi. Dan sudah 100 hari juga Bunga selalu membuat kejutan di setiap hari Dodi. Meskipun Dodi selalu pesimis dengan hidupnya, namun Bunga yakin Tuhan mempunyai rencana indah untuk hidup kita. Bunga merasa semua yang dijalaninya saat ini sudah mendapat kehendak dari Tuhan.
Rasa bahagia datang saat kabar Dodi telah lepas dari jeratan sakit yang selama ini membuatnya tak pernah mempunyai semangat hidup. Dodi ingin merayakan kebahagiaan ini. Dan Bunga tak tahu harus membawa hadiah apa untuk orang yang dicintanya itu.
Acara akan dimulai pada tepat jam 19.00 . Namun sore ini Bunga masih harus menyelesaikan jam kuliahnya. Bunga tak mau membuat Dodi kecewa jika ia tak menghadiri. Terpaksa bunga membatalkan rencananya untuk membawa hadiah untuk Dodi. Karena waktu yang tak memungkinkan.
Akhirnya Bunga menyelesaikan semua tugasnya pada pukul 17.50. hmm masih ada waktu untuk memperindah dirinya. Tepat pada pukul 19.15 Bunga sampai. Tak lupa untuk meminta maaf karena Bunga tahu, ia terlambat. Namun Dodi memaklum.


            Bunga sedang menyelesaikan soal Ujian Tengah Semester nya. Setelah pulang nanti Dodi akan menjemputnya dan berniat untuk menonton film yang baru saja dirilis.
            Dua tiket sudah ditangan. Waktu tayang masih lama. Bunga memutuskan untuk ke toko buku membeli alat-alat untuk menggambar. Setelah membayar, Bunga melihat Dodi sedang berbincang dengan seorang wanita. Sepertinya Dodi sangat enjoy saat dengan wanita tersebut.
            “ Dodi.” Panggil Bunga
Dodi langsung menoleh kearah suara Bunga.
“ Udah bayarnya? Yuk!” ajak Dodi yang langsung menggenggam jari Bunga.
Bunga memutuskan untuk tidak bertanya tentang perempuan tadi. Bunga lebih memilih pura-pura tak tahu.


Tepat hari ke-100 Dodi terbebas dari sakit yang selama ini cukup menyita semua kebahgiaan Dodi. Entah kenapa Bunga sedang ingin dengan Dodi. Sangat kebetulan Dodi mengajak Bunga untuk makan malam di sebuah resto yang baru buka hari ini. Jadi sedang diadakan discount.
Saat sedang menimati makanan, Bunga melihat Dodi seperti sedang menahan rasa sakit. Dan tak lama, Dodi tidak sadarkan diri. Bunga langsung bergegas menuju Unit kesehatan terdekat. Keberuntungan sedang tak berpihak. Cukup jauh Bunga menyusuri jalan di malam yang hanya diterangi lampu jalan.
Setelah beberapa saat Bunga mencari, akhirnya ia menemukan sebuah Rumah sakit yang tak terlalu besar. Namun setidaknya bisa menyelamatkan nasib Dodi malam ini.
“ Bagaimana dok?” Tanya Bunga yang sangat khawatir.
“ Maaf.”
Kenapa harus sekarang? Dan kenapa harus kamu? Harusnya bukan kamu? Secepat inikah? Semua pertanyaan itu selalu bernaung di benak Bunga karena masih belum menerima kenyataan Dodi harus pergi secepat ini. Hanya bisa bersandar lemah di pelukan Bunda.


Bunga membawa tiga puluh tangkai mawar merah yang akan di letakkan di makam kekasih hatinya. Hanya air mata yang bisa menyampaikan semua kesedihan Bunga. Penyesalan datang tak pernah mengenal waktu. Hanya bisa merenung dan berdiam diri untuk bisa menerima kenyataan tentang kepergian Dodi yang tak pernah disangka.
Emosi yang sering datang bukan pada waktunya. Dan hampir tak bisa mengontrol semua sikapnya. Bunga hanya bisa diam dan entah sampai kapan ia harus bersedih. Dodi benar-benar membuatnya terpuruk saat ini.

Gelap hati ini bertabur benih mentari yang pupus dalam kehaningan cinta
Mencari asa yang kian lama tak semi jua
Hati tak kuasa mendamparkan diri saat tak diinginkan lagi oleh kasihmu
Sadar kini cinta telah hilang, hati ini pun menjerit haru
Pahami kekalahan sejati tak menghasilkan yang terbaik
Sadarilah orang yang mencintaimu tak ingin kehilanganmu


Genap usia dua puluh tahun. Sampai hari ini, Bunga masih mengenang semua tentang Dodi. Tak ada sosok yang membuatnya nyaman. Semua ini karena Bunga tak pernah membuka hatinya sedikitpun untuk siapapun.
Bunga masih mengharapkan perayaan ulang tahun yang ke tujuh belas akan terulang. Rasanya hari ini Bunga sangat lelah. Dan memutuskan untuk istirahat lebih cepat dari biasanya.
“ Bunga. Happy Birthday. Aku mau kamu bahagia yah. Jangan selalu mikirin aku. Aku dah cukup bahagia disini. Aku juga mau kamu bahagia. Aku tetep sayang kamu.”
“ tapi kenapa kamu pergi? Aku lebih bahagia kalo ada kamu.”
“ Maaf Bunga. Ini udah jalanku. Aku yakin jalan mu akan lebih indah. Jangan pernah menyesali semuanya. Aku harus pergi.”
“ Jangan tinggalin aku. Aku gak bisa gak ada kamu.”
“ Dodiiiiiiiiiiiiii jangan tinggalin akuuuuuuuuuuuuu.” Teriak Bunga tanpa disadari telah membangunkan dan menyadarkan dia dari mimpinya. Bunda masuk kamar Bunga untuk melihat apa yang terjadi pada putrinya.
“ Bunga.. kamu kenapa?” Tanya Bunda
“ Gak apa-apa Bun. Cuma mimpiin Dodi.”


Pernikahan Bunga hanya tinggal menghitung hari. Terigat akan impiannya dulu untuk menikah bersama Dodi. Namun Tuhan berkehendak lain. Bunga yanik ini jalan terbaik untuk hidup Bunga yang sudah digariskan oleh Tuhan.
Bunga membeli Bunga mawar sebanyak dua puluh tangkai yang akan ia bawa untuk menjenguk makan Dodi bersama calon suaminya. Bunga sudah menceritakan semua perihal Dodi kepada calon saminya yang bisa memaklum.
“ Dodi. Minggu depan aku mau nikah sama Riki. Aku bahagia sama dia. Dia bisa jagain aku. Seperti kamu jagain aku.”
Setelah menaruh mawar yang ia bawa. Bunga langsung bergegas pergi untuk kembali ke ruamhnya. Karena Bunda sudah mulai mempersiapkan semua perlengkapan untuk pernikahan anak semata wayangnya itu. Dan Bunga sudah berjanji untuk membantu hari ini.


Ternyata Mama Dodi menghadiri pesta pernikahan Bunga denagn Riki.
“ Bunga, tante mau ngasih surat. Surat ini di tulis Dodi pada saat dia masih ada. Dan dia mau kamu baca surat ini tepat di hari pernikahan kamu.”
Bunga sedikit terkejut mendengar perkataan Mama Dodi. Dengan perlahan Bunga membuka. Dengan perasaan sedikit kacau.
Text Box: Dear  Bunga
selamat yah. Aku ikut bahagia. Aku tahu selama ini aku gak pernah terbuka. Namun yakinlah. Semua yan g terjadi itulah yang terbaik. Jangan pernah berpikir Tuhan gak sayang sama kamu. Sayang nya aku sama kaya sayang nya Tuhan. Gak pernah mau liat kamu hancur. Kamu jangan pernah sia-siain orang yang udah sayang sama kamu. Begitu juga suami kamu. Dia sayang banget loh sama kamu. Aku selalu berdoa demi kebahgiaan kamu. 
Mungkin aku emang gak bisa liat langsung kebahagiaan kamu. Namun aku yakin kebahgiaan kamu bisa terpancar sampai tempat aku berada sekarang.


Dodi


THE END


Tidak ada komentar:

Posting Komentar